Kinerja harga saham PT Goto Gojek Indonesia (GoTo) pascamelantai di bursa masih dinamis naik-turun di bawah harga IPO. Akibatnya, nilai investasi sejumlah perusahaan di GoTo untuk sementara waktu ikut terpengaruh seperti yang dialami PT Telkom.
Kendati demikian, pergerakan saham dengan kode GOTO dinilai termasuk yang sangat atraktif. Tercatat per Jumat (20/5) sore, pergerakan saham GOTO ditutup pada angka Rp 304/lembar naik dibanding pembukaan pagi Rp 280. Jika tren ini mampu bertahan dan terus naik, maka prospek gain atau cuan akan kembali muncul.
Pengamat pasar modal Reza Priyambada menilai investasi yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan terhadap GOTO kiranya perlu dipisahkan antara investasi dalam bentuk penyertaan terhadap bisnis dan investasi dalam bentuk nonbisnis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya investasi yang terkait dengan bisnis bisa diilustrasikan seseorang ikut berinvestasi dalam bisnis perusahaan tersebut. Artinya, ia tidak terlalu melihat apakah harga saham di pasar naik atau turun. Inilah yang dilakukan PT Telkom yang melihat potensi masa depan dan kolaborasi untuk meningkatkan nilai perusahaan.
"Yang penting, perusahaan yang dipilih untuk investasikan masih berjalan dan terus mengembangkan bisnisnya. Concern-nya ialah kepada kelangsungan bisnis dan pengembangan maupun ekspansi bisnis yang dilakukan," ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (21/5/2022).
Sedangkan investasi nonbisnis, lanjutnya, cenderung melihat ke hasil atau return jangka pendek yang bisa diambil atau dicapai. Alhasil, ketika sebuah perusahaan atau seseorang berinvestasi, dia tidak perlu tahu bagaimana bisnis yang dijalankan atau bagaimana cara mereka untuk mengembangkan maupun ekspansi bisnis.
"Yang diperhatikan ialah apakah saham tersebut naik atau turun karena berpengaruh pada hasil investasinya," imbuh Reza.
Ia menjelaskan perusahaan yang berinvestasi di GOTO bukan melihat kenaikan harga saham dalam jangka pendek, melainkan bisnis jangka panjangnya. Seperti investasi yang dilakukan Telkom di GOTO, lebih terkait dengan potensi di masa depan.
Karena itu, perusahaan yang berinvestasi di perusahaan lain biasanya lebih memiliki horison jangka panjang, seperti terbukanya peluang pengembangan bisnis untuk menciptakan sumber pendapatan baru sekaligus menaikkan nilai perusahaan di masa depan.
Investasi seperti ini lebih mengedepankan sisi kolaborasi yang saling menguntungkan di antara kedua belah pihak. Harapannya, kolaborasi dalam bentuk investasi ini dapat sama-sama mengerek kinerja dan memberi manfaat luas kepada masyarakat.
"Dengan melihat gaya investasi yang mereka lakukan, seperti Telkom, saya melihatnya lebih memperhatikan going concern dari bisnis yang dilakukan dan bagaimana ekosistem bisnis mereka bisa bertumbuh. Dan orientasi mereka tentunya ialah jangka panjang, bukan hitungan harian atau mingguan," pungkas Reza.
(prf/ara)