Produsen makanan beku dengan spesialisasi produk udang, ikan dan makanan olahan beku lainnya, PT Sekar Bumi Tbk (SKBM) semakin membaik. Pembukuan positif ini mendorong perseroan memutuskan akan membagikan deviden tunai sebesar Rp 6,05 miliar atau Rp 3,5 per saham.
Demikian hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Sekar Bumi Tbk (SKBM), yang disampaikan perseroan dalam Paparan Publik lewat daring, Selasa 28 Juni 2022. Deviden ini lebih tinggi dari pada tahun lalu, di mana perseroan membagikan total deviden Rp 2,07 miliar atau Rp 1,20 per lembar saham.
Presiden Direktur PT Sekar Bumi Tbk Harry Lukmito mengatakan, pembagian deviden ini karena kinerja perseroan yang baik, didorong pasar dalam negeri yang tetap meningkat seiring daya beli yang kuat dan kondisi bisnis yang mulai membaik. "Untuk prospek bisnis kedepan, manajemen masih optimis karena kami bergerak di industri makanan, meskipun di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu ya," kata Harry dalam keterangan tertulisnya, Rabu (29/6/2022).
Kegiatan masyarakat yang sudah mulai kembali aktif di masa New Normal juga berpengaruh positif pada kenaikan penjualan bersih Sekar Bumi selama kuartal pertama 2022 yaitu menjadi Rp 1,13 triliun, naik 32% dari periode sama tahun lalu sebesar Rp 855,87 miliar. Hal ini didorong kenaikan penjualan frozen seafood dan processed food yang naik signifikan. Penjualan frozen seafood naik 32% menjadi Rp 1,1 triliun, sedangkan penjualan processed food naik 48% menjadi Rp 27,41 miliar.
Baca juga: Anak Usaha Adhi Karya Sebar Dividen Rp 26 M |
Kenaikan penjualan Sekar Bumi otomatis mendorong laba bersih setelah pajak juga meningkat 169,4% QoQ dari Rp10,81 miliar menjadi Rp29,14 miliar serta laba per saham naik menjadi Rp15,74 dari periode sama tahun lalu Rp5,83.
Direktur Sekar Bumi Howard Ken Lukmito mengatakan mengenai dampak dari kenaikan harga bahan pangan global karena inflasi yang terjadi cukup signifikan, Howard menjelaskan hal itu tidak berpengaruh mengingat bahan utama Sekar Bumi berasal dari perikanan dalam negeri.
"Jadi, kami masih bisa menjaga pemasokan suplai secara rutin dan meskipun ada kenaikan harga namun tidak terlalu signifikan kecuali barang-barang yang memang ada komponen importnya seperti tepung terigu. Untuk mengatasi ini, kita memang berupaya dari segi harga, packaging tetap terjangkau misalnya dengan memperkecil packaging, selain itu juga kita mencari bahan-bahan baku yang bisa menjadi substitusi," jelasnya.
Belajar dari kondisi Pandemi, lanjutnya, Sekar Bumi akan lebih adaptif dan fleksibel untuk bertahan dalam kondisi yang sulit.
Baca juga: BUMN Semen Setor Dividen Rp 522 M ke Negara |
Simak Video "Makanan Beku yang Terkontaminasi Bisa Tularkan Virus Corona"
[Gambas:Video 20detik]
(das/das)