Dolar Amerika Serikat (AS) semakin perkasa terhadap rupiah dan mendekati level Rp 15.000. Sore ini, menurut Reuters, dolar AS telah berada di level Rp 14.970.
Melemahnya rupiah terhadap dolar ini akan memberikan dampak besar kepada Indonesia. Sebab, hal itu akan memicu kenaikan harga barang.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, rupiah yang terus melemah akan berdampak ke harga barang konsumsi yang memerlukan impor. Selain itu, pelemahan rupiah bisa mendorong inflasi yang kemudian menekan daya beli masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Rupiah yang terus melemah bisa memberikan efek negatif ke harga barang konsumsi yang memerlukan impor. Barang jadi mahal, dan ini bisa menambah inflasi dalam negeri dan menekan daya beli masyarakat. Pada akhirnya pertumbuhan ekonomi bisa melambat," jelasnya kepada detikcom seperti ditulis Selasa (5/7/2022).
Ekonom CORE Indonesia Piter Abdullah menjelaskan, pelemahan rupiah telah diperkirakan seiring dengan sempitnya jarak antara suku bunga AS dan domestik. Dia menuturkan, keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan menahan masuknya aliran modal asing dan bahkan mendorong modal asing keluar. "Hal ini menjadi tekanan melemahkan rupiah," katanya.
Menurutnya, jika rupiah terus melemah akan memberikan dampak pada ekonomi nasional. Dia mengatakan, hal itu bisa menurunkan masuknya investasi asing ke Tanah Air hingga menekan pertumbuhan ekonomi.
"Pelemahan rupiah bisa meningkatkan risiko investasi sekaligus menurunkan masuknya investasi asing ke Indonesia. Pelemahan rupiah juga meningkatkan potensi inflasi di Indonesia. Inflasi Indonesia bisa meningkat lebih besar dan memangkas daya beli masyarakat. Ujungnya menahan konsumsi dan pertumbuhan ekonomi," terangnya.
(acd/das)