PT Bukalapak.com Tbk berhasil mencatat keuntungan atau laba bersih Rp 8,59 triliun pada kuartal II 2022.
Pada kuartal II tahun 2021 Bukalapak masih mencatatkan rugi bersih Rp 767 miliar. Dikutip dari keterangan resmi perseroan, laba bersih ini terjadi karena adanya laba nilai investasi market to market dari PT Allo Bank Tbk.
Bukalapak juga mencatat laba operasional sebesar Rp 8,6 triliun atau naik 1.209% dari rugi operasional sebesar Rp 776 miliar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada periode semester I-2022, rasio beban umum dan administrasi (tidak termasuk kompensasi berbasis saham) terhadap Total Processing Value (TPV) membaik menjadi 1,0% dibandingkan dengan 1,2% pada periode yang sama di tahun sebelumnya.
"Bukalapak terus menunjukkan pertumbuhan yang positif, dimana TPV selama kuartal kedua tahun 2022 (2Q22) tumbuh sebesar 24% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, menjadi Rp 36,5 triliun pada 2Q22," ujar pihak Bukalapak melalui keterangan resmi, Senin (01/08/2022).
Tidak berhenti sampai di situ, pertumbuhan TPV perusahaan ini didukung oleh peningkatan jumlah transaksi sebesar 24% sepanjang 3 bulan kedua di tahun 2022 dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Kemudian, sebanyak 75% TPV Perseroan berasal dari luar daerah Tier 1 di Indonesia, di mana penetrasi all-commerce dan tren digitalisasi warung serta toko ritel tradisional terus menunjukkan pertumbuhan yang kuat.
Margin kontribusi Marketplace Bukalapak terhadap TPV Marketplace meningkat dari -0,1% di 1H21 menjadi 0,3% di 1H22, sementara margin kontribusi Mitra terhadap TPV Mitra membaik dari -0,5% di semester I-2021 menjadi -0,4% di semester I-2022.
Perlu diketahui pula, Bukalapak membukukan adjusted Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (adjusted EBITDA) sebesar -Rp 732 miliar pada semester I-2022, dimana rasio adjusted EBITDA terhadap TPV menunjukkan peningkatan dari -1,2% di semester I-2021 menjadi -1,0% di semester I-2022.
Meskipun perusahaan e-commerce ini telah mencatat laba bersih pada semester I-2022, Perseroan tetap memiliki fokus pada kinerja operasional Perseroan. Oleh karena itu, manajemen Perseroan tetap menggunakan adjusted EBITDA sebagai indikator kinerja Perseroan.
(kil/eds)