Dalam laporan keuangan GOTO pada semester I 2022, secara persentase, CM terhadap GTV-nya sudah meningkat 47 basis poin (BPs) menjadi minus 1,3% dibandingkan minus 1,8% pada semester I tahun sebelumnya. "Kenapa membandingkan CM terhadap GTV adalah supaya kita bisa mengukur seberapa besar GOTO bisa memonetisasi bisnis mereka di dalam ekosistem GOTO. Kondisi CM GOTO yang masih negatif sekarang menandakan bahwa sebenarnya bisnis GOTO memang masih merugi jika dibandingkan VC yang sudah dikeluarkan," terusnya.
Faktanya, pada setengah tahun ini GOTO memang masih tercatat rugi bersih sebesar Rp13,64 triliun atau meningkat 117% dibandingkan rugi bersih Rp6,28 triliun pada setengah tahun pada 2021. Meskipun pembengkakan kerugian ini juga sebagai akibat mulai dikonsolidasikannya kinerja Gojek dan Tokopedia pasca merger kedalam laporan keuangan GOTO.
Meski begitu, kata Rivan, mulai mengecilnya persentase CM terhadap GTV ini memperlihatkan bahwa GOTO sedang berada di jalur yang positif.
Dalam Earnings Call-nya, GOTO memprediksi CM secara keseluruhan akan menyentuh angka positif pada kuartal pertama 2024. Akan dimulai dari positifnya CM terhadap GTV dari segmen bisnis on-demand pada kuartal pertama 2023. Disusul kemudian dari segmen bisnis e-Commerce pada kuartal keempat 2023.
"Tapi perlu tahu juga CM yang nantinya positif bukan berarti bottomline perusahaan akan langsung hijau," kata Rivan.
Maka perlu dipahami juga matriks lainnya yaitu EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization). Dalam dua kuartal berturut-turut yaitu kuartal pertama dan kedua tahun 2022, GOTO mampu memperkecil rugi EBITDA dari negatif 4,6% pada kuartal empat 2021 menjadi negatif 3,4% pada kuartal pertama 2022, dan negatif 2,8% pada kuartal kedua 2022.
"Artinya lini (segmen) bisnis GOTO semakin efisien dan monetisasi pada segmen on-demand, e-Commerce juga semakin meningkat seiring kenaikan persentase take rate," tuturnya.
Di segmen bisnis on-demand misalnya, GOTO mencatatkan take rate sebesar 21,6% pada semester I tahun 2022 dibandingkan 19,9% pada semester I tahun 2021. Begitu juga di segmen bisnis e-Commerce, take ratenya meningkat menjadi 3,1% pada setengah tahun ini dibandingkan 2,4% pada setengah tahun sebelumnya.
Pada matriks EBITDA, GOTO menggunakan metode EBITDA yang disesuaikan atau adjusted EBITDA.
Beberapa faktor yang akan mendukung pertumbuhan GOTO terutama dari sisi CM dan EBITDA Marginnya, kata Rivan, salah satunya datang dari sinergi cross selling platform seperti diperlihatkan antara Gojek dengan Tokopedia. Dimulai dari GoSend yang bisa digunakan di Tokopedia sebagai layanan jasa kirimnya sehingga meningkatkan permintaan on-demand gojek secara signifikan. Disusul pembayaran lewat Gopay. Lalu GoFood yang jadi layanan terbaru di Tokopedia.
Selain itu adalah dari pilar bisnis Fintech yang dimiliki GOTO. Baru-baru perseroan merilis inovasi berupa GoPayLater Cicil di Tokopedia. Selanjutnya adalah GOTO mulai fokus meningkatkan value added services. Salah satu layanan data Credit Scoring. "Terakhir dari GTV GOTO yang masih terus tumbuh agresif," tutupnya.
(dna/dna)