Menurut Ibrahim, walaupun inflasi masih di bawah ekspektasi para anlis namun hal tersebut menjadi pekerjaan rumah bagi Pemerintah untuk menjaga transmisi harga energi dan komoditas. Sebagaimana diketahui, pada Agustus 2022, inflasi nasional telah mencapai 4,69%.
Angka tersebut sudah mengalami penurunan, tetapi sumbangan terbesarnya tetap berasal dari kelompok harga pangan bergejolak (volatile foods), kemudian juga dari proses transmisi dari harga-harga energi yang masuk ke dalam harga kelompok barang yang ditentukan pemerintah (administered price).
Dia menambahkan inflasi yang terus tinggi, selanjutnya adalah kecepatan dari normalisasi moneter dari negara-negara maju sehingga menimbulkan ketidakpastian di pasar keuangan global.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejalan dengan itu, ke depannya tekanan inflasi masih terus berlanjut, harga pangan dan energi masih terus mengalami peningkatan, dan distrupsi dari pasokan juga terus terjadi sehingga risiko untuk inflasi nasional masih berada di atas 4% di tahun 2022 dan 2023.
Ibrahim menjelaskan dalam perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah 75 point walaupun sebelumnya sempat menguat 70 point dilevel Rp 15.302 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.227.
"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.290 - Rp 15.370," ujarnya.
(kil/dna)