Dolar AS masih berada di posisi menguat dan menekan nilai tukar rupiah. Meskipun rupiah sempat menguat tipis karena sentimen yang diberikan oleh Presiden Joko Widodo.
Penyebab menguatnya dolar AS ini juga terjadi karena adanya sentimen eksternal. Namun saat ini kondisi fundamental ekonomi nasional masih cukup baik.
Apa ya penyebabnya?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengungkapkan fluktuasi ini terjadi karena beberapa sentimen eksternal.
Mulai dari angka inflasi di Amerika Serikat (AS) yang diprediksi 8,5%. Lalu adanya isu sabotase pipa gas hingga isu referendum yang dilakukan oleh Rusia di sejumlah wilayah di Ukraina.
Sedangkan dari Asia ada isu kudeta Presiden China Xi Jinping oleh jenderal militer. "Kondisi perpolitikan di China ini juga turut membuat gonjang-ganjing ekonomi negara itu. Kemudian ditambah kasus COVID-19 yang juga belum selesai," kata Ibrahim.
Tempe Sampai Laptop Bisa Mahal
Ibrahim mengatakan mengungkapkan dengan makin mnguatnya dolar AS ini maka ada barang-barang yang akan semakin mahal.
Dia menyebutkan, misalnya kedelai yang memang digunakan untuk bahan baku pembuatan tempe dan tahu. "Kalau dolar mahal tempe dan tahu juga bisa jadi mahal karena kedelainya kan impor," kata dia.
Ibrahim mengungkapkan bahan makanan lain seperti gandum yang merupakan bahan baku tepung terigu juga akan mengalami kenaikan.
Selain itu harga barang elektronik juga akan naik. Seperti laptop, handphone dan barang elektronik lainnya.
"Barang elektronik juga akan naik harganya, karena barang impor. Ini akan tinggi karena menguatnya dolar AS," ujar dia.
Ibrahim mengungkapkan, fluktuasi nilai tukar rupiah ini ini terjadi karena beberapa sentimen eksternal. Di dalam negeri, kondisi fundamental perekonomian masih cukup baik.
(kil/dna)