Dolar AS Ngamuk Tembus Rp 15.300, Bagaimana Ramalan Besok?

Dolar AS Ngamuk Tembus Rp 15.300, Bagaimana Ramalan Besok?

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Senin, 03 Okt 2022 18:35 WIB
Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah kembali naik tinggi, mendekati Rp 15.300. Per siang ini pukul 14.45 WIB, dolar AS tercatat tembus ke level Rp 15.265.
Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Dolar AS tercatat mengalami penguatan dan menekan rupiah. Dari data Reuters, dolar AS tercatat Rp 15.294. Sepanjang hari ini bergerak di level Rp 15.230 hingga Rp 15.305.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengungkapkan ada beberapa sentimen yang menyebabkan dolar AS ngamuk. Tak cuma rupiah tapi juga ke mata uang lainnya.

Dia menjelaskan hal ini terjadi karena setelah pemerintah Inggris setuju untuk mempermudah rencananya untuk pemotongan pajak yang tidak didanai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tren ini secara luas diperkirakan akan menguatkan dolar dalam beberapa bulan mendatang, karena beberapa bank sentral menaikkan suku bunga lebih jauh untuk memerangi inflasi yang membandel.

Sedangkan dari dalam negeri Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan laju inflasi pada September 2022 sebesar 1,17% (month-to-month/mtm) dan secara tahunan menembus 5,95% yoy.

ADVERTISEMENT

"Data yang dirilis tersebut lebih baik dibandingkan ekspektasi para analis yaitu laju inflasi 1,2% mtm sedangkan angka inflasi tahunan sebesar 5,98% yoy," ujar dia.

Dia mengungkapkan lonjakan inflasi didorong oleh naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Pada 3 September 2022, pemerintah Indonesia telah menaikkan harga BBM Subsidi Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter.

Disusul, harga Solar subsidi dikerek menjadi Rp 6.800 per liter dari Rp 5.150 per liter. Dua BBM Subsidi terset rata-rata naik 31,4%.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Menurut Ibrahim, walaupun inflasi masih di bawah ekspektasi para anlis namun hal tersebut menjadi pekerjaan rumah bagi Pemerintah untuk menjaga transmisi harga energi dan komoditas. Sebagaimana diketahui, pada Agustus 2022, inflasi nasional telah mencapai 4,69%.

Angka tersebut sudah mengalami penurunan, tetapi sumbangan terbesarnya tetap berasal dari kelompok harga pangan bergejolak (volatile foods), kemudian juga dari proses transmisi dari harga-harga energi yang masuk ke dalam harga kelompok barang yang ditentukan pemerintah (administered price).

Dia menambahkan inflasi yang terus tinggi, selanjutnya adalah kecepatan dari normalisasi moneter dari negara-negara maju sehingga menimbulkan ketidakpastian di pasar keuangan global.

Sejalan dengan itu, ke depannya tekanan inflasi masih terus berlanjut, harga pangan dan energi masih terus mengalami peningkatan, dan distrupsi dari pasokan juga terus terjadi sehingga risiko untuk inflasi nasional masih berada di atas 4% di tahun 2022 dan 2023.

Ibrahim menjelaskan dalam perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah 75 point walaupun sebelumnya sempat menguat 70 point dilevel Rp 15.302 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.227.

"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.290 - Rp 15.370," ujarnya.


Hide Ads