ByteDance, induk perusahaan Tiktok mengalami penurunan valuasi menjadi US$ 300 miliar atau Rp 4,5 kuadriliun (kurs Rp 15.300). Valuasi ByteDance sebelumnya mencapai US$ 400 miliar pada tahun lalu.
Hal ini dikarenakan oleh penghentian sementara rencana penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO) di bursa China dan Amerika Serikat (AS) karena intrik politik dan isu sentimen industri teknologi global.
Dilansir Reuters, Selasa (11/10/2022), sebelumnya perusahaan juga melakukan aksi korporasi untuk membeli kembali saham mereka dari publik atau buyback senilai US$ 3 miliar dengan harga US$ 177 per saham. Langkah ini juga menjadi salah satu pemicu dari turunnya valuasi ByteDance, induk Tiktok.
CFO Julie Gao juga menuturkan bahwa perusahaan tidak akan mengambil keputusan untuk IPO dalam waktu dekat ini. Beberapa dari analis di Amerika Serikat (AS) pun memprediksi bahwa perusahaan sosial media di AS tidak akan mengalami pertumbuhan penjualan yang signifikan atau akan flat pada 2022 karena pasar industri sosial media telah turun lebih dari 60% pada tahun ini.
Di tengah kabar yang kurang mengenakan itu, TikTok tetap menjadi salah satu perusahaan teknologi terbaik di dunia. TikTok diprediksi menghasilkan pendapatan US$ 12 miliar atau Rp 183 triliun tahun ini. Perkiraan itu melampaui perusahaan teknologi lain seperti Snap.Inc dan Twitter.Inc.
Beberapa tahun lalu industri startup teknologi menjadi incaran bagi banyak perusahaan investasi untuk menanamkan modal dan membuat nilai perusahaan melonjak. Namun, dengan kondisi pasar dan sentimen negatif nampaknya membuat investor 'putar balik' dari sektor ini.
(ara/ara)