Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup menguat pada sore ini. IHSG mayoritas bergerak di zona positif didominasi laju hijau.
Dikutip dari RTI, Senin (17/10/2022), IHSG naik 16,58 poin (0,24%) ke level 6.831.
Bersama dengan penguatan IHSG, sedikitnya ada 153 saham yang menguat, 411 saham terkoreksi dan 120 lainnya stagnan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada pembukaan pagi tadi, IHSG tercatat dibuka menukik 16,13 poin (0,24%) ke level 6.798,47. Indeks LQ45 pada saat pembukaan juga ikut melemah 2,97 poin atau 0,31% ke level 963.
Melansir riset Ajaib Sekuritas, ada sejumlah sentimen yang bakal mewarnai pergerakan IHSG hari ini.
Pertama adalah data Hasil Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia (BI) yang menunjukkan Indeks Penjualan Riil (IPR) pada September 2022 diperkirakan akan menurun, tercatat 200,0, atau turun 0,9% MoM. Penurunan tersebut disebabkan daya beli masyarakat yang menyusut akibat kenaikan inflasi.
Sementara itu, Berdasarkan Survei Pemantauan Harga BI pada pekan kedua Oktober 2022, inflasi diperkirakan sebesar 0,05% MoM. Proyeksi tersebut menurun dibanding dengan capaian level inflasi pada bulan sebelumnya mencapai 1,17% MoM.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kenaikan inflasi yakni bahan bakar bensin inflasi sebesar 0,05% MoM, tarif angkutan dalam kota inflasi 0,04% MoM, dan tarif angkutan antar kota dengan inflasi 0,01% MoM.
Dari mancanegara, Crude Oil Inventories Amerika Serikat (AS) pada 13 Oktober tercatat naik ke level 9.880 M lebih tinggi dari konsensus 1.750 M dan lebih tinggi dibanding periode 5 Oktober 2022 tercatat -1.356 M.
Sementara itu, rilis data inflasi (CPI) China pada September 2022 naik menjadi 2,8% YoY , merupakan level tertinggi sejak April 2020 dari 2,5% YoY pada bulan sebelumnya. Hal tersebut diakibatkan oleh lonjakan harga bahan makanan. Inflasi harga bahan makanan naik menjadi 8,8% YoY, tertinggi dalam 25 bulan dari 6,1% YoY.
Sementara, Producer Price Index (PPI) China pada September 2022 tercatat melambat ke level terendahnya dalam 20 bulan menjadi 0,9% YoY dari 2,3% YoY pada bulan sebelumnya.
Hal ini refleksi dari dampak kebijakan lockdown COVID-19 dan penurunan harga minyak mentah yang sempat terjadi.
(dna/dna)