GoTo Mau Fasilitasi Penjualan Saham Investor Pre-IPO, Tidak Ada Dilusi!

GoTo Mau Fasilitasi Penjualan Saham Investor Pre-IPO, Tidak Ada Dilusi!

Inkana Putri - detikFinance
Selasa, 25 Okt 2022 12:24 WIB
gojek
Foto: detikcom
Jakarta -

Manajemen emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menyampaikan perseroan dan para pemegang saham pra-IPO tengah menjajaki kemungkinan melakukan penawaran sekunder (secondary offering) terkoordinasi atas saham GOTO yang dimiliki pemegang saham pra-IPO.

Sekretaris Perusahaan GoTo RA Koesoemohadiani mengatakan potensi penawaran sekunder akan dilaksanakan setelah berakhirnya periode penguncian alias lock-up atas saham tersebut pada 30 November 2022, guna memfasilitasi penjualan yang terstruktur.

"Perseroan tidak akan menerbitkan saham baru dan/atau melakukan penjualan saham di dalam proses ini, sehingga tidak akan terjadi dilusi atas saham perseroan," kata Koesoemohadiani dalam keterangannya, Selasa (25/10/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai informasi, dalam literatur pasar modal, istilah secondary offering umum digunakan praktisi pasar modal di berbagai belahan dunia. Aksi ini mengacu pada penjualan sejumlah saham, baik baru dan atau saham milik investor lama di pasar sekunder setelah IPO. Nilai transaksi ini biasanya sulit dilakukan di pasar saham reguler dan hanya terjadi pasar negosiasi sehingga lazimnya tidak merusak harga pasar.

Koesoemohadiani menambahkan perseroan juga tidak akan mendapatkan penerimaan dana dari hasil penjualan saham tersebut jika rencana penawaran sekunder terlaksana. "Setiap transaksi akan bergantung pada kondisi pasar dan makro ekonomi, maupun faktor-faktor lainnya, dan tidak ada jaminan yang diberikan bahwa transaksi tersebut akan dapat terlaksana," kata Koesoemohadiani.

ADVERTISEMENT

Dia juga menegaskan informasi potensi penawaran sekunder tersebut bukan merupakan suatu penawaran untuk menjual atau ajakan penawaran untuk membeli efek apapun yang dijelaskan pada informasi tersebut.

"Efek yang dijelaskan pada informasi ini belum terdaftar berdasarkan Securities Act of 1933, sebagaimana telah diubah, dan tidak dapat ditawarkan atau dijual di Amerika Serikat tanpa pendaftaran atau pengecualian yang berlaku dari persyaratan pendaftaran," jelasnya.

Sebelumnya, di media massa beredar kabar bahwa manajemen GoTo melobi para investornya, termasuk Alibaba Group Holding Ltd dan SoftBank Group Corp untuk tidak buru-buru menjual kepemilikan sahamnya di GoTo. Hal ini terjadi menjelang berakhirnya lock up pada 30 November 2022.

Analis MNC Sekuritas Tirta Citradi menjelaskan opsi yang tengah dijajaki GoTo menyerupai proses 'matchmaking' antara para pemegang saham pra-IPO dan para investor baru.

"Ada tiga jenis pasar yaitu pasar tunai, negosiasi dan regular. Di sini, GoTo berencana memfasilitasi investor lama yang ingin menjual sahamnya dengan investor baru yang ingin masuk di pasar sekunder. Penawaran seperti ini tidak menambah jumlah saham yang beredar sehingga tidak ada dilusi," jelasnya.

Baca halaman berikutnya soal Horizon Investasi Investor..

Horizon Investasi Investor

Menanggapi ini, Tirta menjelaskan bahwa aksi penjualan saham saat masa lock up berakhir, khususnya oleh investor yang berinvestasi di periode awal adalah hal yang lazim.

"Investor jenis venture capital atau private equity memiliki time horizon sekitar 5 sampai 10 tahun untuk mencapai tujuan investasi mereka, namun tentu itu semua akan disesuaikan dengan durasi investasi masing masing. Setelah itu, mereka harus exit sejalan dengan siklus pendanaan mereka dan juga untuk melakukan rebalancing portfolio," ungkapnya.

"Ini berbeda dengan investor strategis, mereka kemungkinan akan tetap bertahan karena tujuan mereka bukan capital gain saja, melainkan value creation dan sinergi bisnis. Misalnya investor yang lini bisnisnya sejalan dengan produk GoTo, atau jenis investor yang memiliki time horizon lebih panjang" imbuhnya.

Seperti diketahui, beberapa investor strategis yang memegang saham GoTo mencakup perusahan raksasa seperti Google, Telkomsel, Astra, serta beberapa dana abadi pemerintah termasuk ADIA.

Mengacu data statistik Bursa Efek Indonesia (BEI), dalam sepekan lalu (17-21 Oktober), saham GOTO ditutup turun di Rp 200/saham dengan koreksi sepekan -0,99% dan membukukan kapitalisasi pasar Rp 236,87 triliun. GOTO melakukan IPO dan melantai di bursa saham domestik pada 11 April 2022 di harga Rp 338/saham.

Dalam sepekan terakhir, saham GOTO juga masuk tiga besar saham yang paling sering ditransaksikan yakni sebanyak 98.659 kali, dengan nilai transaksi Rp 923,42 miliar dan volume perdagangan 4,44 miliar saham. Pekan lalu, aksi beli bersih saham GOTO oleh investor asing atau net foreign buy tercatat sebesar Rp 115,12 miliar. Jumlah ini meningkat 77,30% dari periode pekan sebelumnya Rp 64,93 miliar.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menjelaskan secara umum analis tetap menilai positif kinerja saham GoTo. Hal tersebut tak lepas dari kekuatan ekosistem GOTO yang lengkap dan saling terintegrasi.

"Ketika kita berbicara saham teknologi berbasiskan startup digital, tentu kita melihat sejauh mana kemampuan perusahaan tersebut dalam menciptakan ekosistem yang terintegrasi di mana akan memberikan user experience terhadap para pengguna. Ekosistem, basis pengguna, loyalitas pelanggan dalam menggunakan aplikasi akan menjadi kunci," katanya.

Namun demikian, kata Maximilianus, perusahaan teknologi startup saat ini memiliki sejumlah tantangan, antara lain tekanan dari kenaikkan tingkat suku bunga, inflasi dan daya beli. Situasi ini dapat membebani kinerja perusahaan.

"Kenaikkan suku bunga tengah terjadi hampir di seluruh dunia, bahkan tercatat hingga saat ini sudah lebih dari 90 bank sentral menaikkan bunga acuan, dan tentu hal ini bukan sesuatu yang bisa kita hindarkan. Kita harus beradaptasi dalam menghadapi situasi dan kondisi global yang ada," jelasnya.

Maka itu, menurut Maximilianus, penurunan harga saham bukan berarti mencerminkan fundamental saham tersebut. Sentimen makro dan global, termasuk perang, justru lebih dominan dalam mempengaruhi pergerakan harga saham.

"Sejauh ini kalau kita tilik dari jumlah pengguna, ekosistem GOTO boleh dibilang yang terbesar yang saat ini ada. Mulai dari Tokopedia, Gojek, hingga Bank Jago. Tentu ini merupakan salah satu ekosistem yang boleh dibilang terlengkap dan terbesar untuk saat ini, belum lagi nanti akan ada industry sepeda motor listrik electrum yang akan melengkapi ekosistem tersebut," kata Nico.

Apabila GOTO berhasil mempercepat proyek Electrum, Maximilianus melanjutkan, maka ekosistem tersebut akan semakin besar dan akan memberikan nilai tambah kepada pengguna. Dan ketika memberikan nilai tambah kepada pengguna, maka user experience akan bertambah dan semakin mendorong peningkatan engagement terhadap aplikasi tersebut.

"Semua membutuhkan proses untuk menciptakan profitabilitas, dan GOTO sedang menuju kesana. Namun prosesnya memang tidak mudah, apalagi bagi kita yang terbiasa dengan bisnis konvensional. Dengan transisi era dari konvensional menjadi digital, tentu diharapkan akan mendorong tingkat akselerasi proses transisi tersebut sehingga burn rate GOTO akan menjadi turun dan masuk ke dalam fase profitabilitas," katanya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Anggota Komisi VI Sebut Telkom Dapat Untung dari Saham GoTo Rp 2,8 T"
[Gambas:Video 20detik]
(ega/ega)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads