Namun, ada tantangan yang cukup berat bagi perusahaan atau BUMN setelah melakukan IPO. Tantangan itu adalah untuk meningkatkan kinerja dan tanggung jawabnya adalah kepercayaan publik.
Makanya, Erick juga terus memantau 28 BUMN yang telah melakukan IPO. Hasilnya, ada empat atau enam BUMN yang ditemukan kinerjanya kurang baik setelah IPO.
"Tanggung jawab go public itu kan setelah go public-nya, kalau go public gampang menjaga kinerja setelah go public yang sulit. Dari 28 yang sudah go public pun, saya masih me-review, kalau nggak salah ada 4 atau 6 (BUMN) yang performance-nya kurang baik. Ini yang harus kita perbaiki," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk itu, Erick mengingatkan kepada BUMN agar IPO jangan sebagai gengsi atau gaya saja. Menurut Erick karena melantai di bursa tanggung jawabnya kepada publik atau investor.
"Pertanggungjawaban publiknya harus benar apa lagi kalau kita melihat investasi di bursa itu banyak ritel yang rata rata 60% kalau nggak salah banyak anak muda di bawah 30 tahun, masa generasi masa depan mau invest dibohongin juga," katanya sambil tertawa.
Erick juga meminta secara langsung kepada Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman agar bisa membantu mengawasi BUMN, terutama yang sudah go public.
"Kemarin Dirut Bursa Iman datang ke tempat saya, saya bilang harus mempererat, bantu awasi BUMN. Terutama yang sudah go public-go public ini, harus benar-benar terpercaya di market, bukan go public go public-an, gaya-gaya," pungkasnya.
(ada/ara)