PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 1.300 karyawannya. Angka itu setara dengan 12% dari total karyawan tetap Grup GoTo.
PHK itu terjadi di semua negara tempat perusahaan beroperasi. GoTo sendiri beroperasi bukan hanya di Indonesia, tapi juga di Singapura, Vietnam dan Thailand.
Perusahaan beralasan tekanan ekonomi global menjadi alasan GoTo melakukan PHK. Namun ada dugaan alasannya tidak hanya itu, kinerja saham yang anjlok diduga juga menjadi alasannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saham GoTo sendiri mengalami kenaikan 3,74% ke posisi Rp 222 pada perdagangan 18 November 2022. Itu merupakan hari saat GoTo mengumumkan PHK.
Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi menduga PHK yang terjadi di GoTo karena imbas dari merger yang dilakukan Gojek dengan Tokopedia. Sehingga ada duplikasi karyawan di beberapa bagian.
Menariknya, Heru juga mencurigai ada tekanan efisiensi yang dilakukan GoTo karena kinerja sahamnya yang terbilang mengecewakan. Dengan efisiensi para investor di pasar modal akan percaya kinerja keuangan perusahaan akan lebih sehat.
"Namun, tekanan saham GoTo juga bisa menjadi faktor bahwa perusahaan harus mulai efisien dan IPO bukanlah akhir dari perjalanan GoTo tapi bagaimana juga survive di tengah bisnis digital dunia yang melesu. Seperti Facebook, Twitter, Microsoft, Amazon, sudah juga melakukan PHK," ucapnya kepada detikcom, Minggu (20/11/2022).
Meski begitu Heru menilai memang bisnis digital di tanah air memasuki masa sulit. Menurutnya tidak ada perusahaan digital, termasuk unicorn dan decacorn, yang kebal terhadap dampak kelesuan bisnis digital global.
"Yang bisa jadi ada kaitannya dengan ramalan bahwa 2023 akan jadi tahun berat, dikatakan Pak Jokowi akan gelap dan resesi di mana-mana," ucapnya.
Sementara itu Akademisi dan Pakar Bisnis Profesor Rhenald Kasali meragukan alasan GoTo yang menyebut tekanan ekonomi global menjadi alasan PHK. Sebab seharusnya selama masa pandemi COVID-19 mereka diuntungkan.
Baca juga: 4 Fakta GoTo PHK 1.300 Karyawan |
"Benarkah itu terjadi pada mereka karena situasi ekonomi global? Saya kok ragu-ragu ya. Kalau saya lihat memang selama pandemi banyak sekali mereka diuntungkan. Semua orang menggunakan jasa mereka. Tetapi apa itu sustain?" tuturnya dalam konten video di akun Youtubenya.
Pada kenyataannya memang selama masa pandemi, ketika semua orang tidak bisa keluar rumah, layanan antar makanan dan barang yang diberikan GoTo sangat dibutuhkan.
Rhenald menduga apa yang terjadi dengan startup bahkan yang sudah raksasa seperti GoTo bukan karena situasi ekonomi global tapi karena bakar duit yang terlalu berlebihan.
"Yang pertama mungkin bakar duitanya secara berlebihan. kalau bakar duit secara berlebihan ini yang terjadi, kompetisi di antara mereka," ucapnya.
(das/zlf)