Saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) cenderung melemah sejak suspensi atau gembok sahamnya dibuka. Bahkan, saham Garuda sempat meninggalkan level Rp 100 per saham.
Dikutip dari data RTI, Kamis (19/1/2023), saham Garuda ditutup pada level Rp 106 atau menguat Rp 6 (6%). Seharian kemarin, saham Garuda bergerak di antara level Rp 98-108 per saham.
Sementara, pada hari pertama gembok dibuka pada 3 Januari lalu, saham Garuda langsung melesat di level Rp 224 atau naik 9,80%. Meski, saat itu saham Garuda ditutup pada level Rp 202 atau melemah 0,98%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Manajemen Garuda Indonesia pun buka suara mengenai pergerakan saham perusahaan. Penjelasan Garuda ini disampaikan guna merespons permintaan Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dikutip dari keterbukaan informasi BEI, manajemen Garuda menjelaskan, berdasarkan Perjanjian Perdamaian sebagaimana diatur dalam Putusan Homologasi Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 27 Juni 2022 telah memiliki kekuatan hukum tetap sesuai Putusan Mahkamah Agung RI Nomor: 1454 K/Pdt.Sus-pailit 2022 tanggal 26 September 2022 (Perjanjian Perdamaian), salah satu transaksi penambahan modal perseroan berasal dari konversi utang kreditur yang telah direalisasikan pada tanggal 28 Desember 2022 dengan persentase kepemilikan saham kreditur sebesar 22,63%.
"Adapun konversi saham tersebut tidak memiliki ketentuan lock-up period sehingga saham tersebut dapat dijual sewaktu-waktu. Oleh karenanya, saham yang dimiliki kreditur dimungkinkan untuk dilepas bilamana kreditur tidak berencana untuk mempertahankan kepemilikan sahamnya di perseroan guna memperoleh manfaat yang lebih likuid," bunyi penjelasan Garuda.
Hal itu sebagai jawaban Garuda Indonesia atas pertanyaan BEI apakah perusahaan mengetahui adanya informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal.
Dalam penjelasannya, Garuda juga menyatakan akan terus melakukan penguatan terhadap fundamental melalui tambahan armada berbadan kecil (narrow body) untuk mendukung operasional perusahaan dalam melayani penumpang. Dengan demikian, perseroan diharapkan dapat mendukung pemulihan ekonomi dan pariwisata Indonesia.
"Selain itu, Garuda Indonesia Group juga akan terus mengoptimalkan ketersediaan layanan penerbangan dengan armada yang memadai melalui optimalisasi restorasi armada. Perseroan juga tengah bersiap untuk dapat melayani penerbangan haji di tahun 2023," ungkap Garuda.
(acd/ara)