Saham-saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami koreksi signifikan pada perdagangan Selasa (14/3). Salah satunya terjadi pada saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) yang turun 6% ke level Rp 2.000 per saham.
Analis menilai turunnya saham SRTG merupakan dampak dari sentimen negatif di bursa, merespon isu kebangkrutan sejumlah bank di Amerika Serikat seperti Silicon Valley Bank. Akibat sentimen itu, kemarin IHSG juga terpangkas hingga 2,14% ke level 6.641.
Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan mengatakan, investor perlu memahami bagaimana menilai valuasi saham perusahaan investasi seperti Saratoga. Pasalnya strategi bisnis Saratoga adalah berinvestasi di perusahaan portofolio, bukan mengelola secara langsung operasional bisnis seperti korporasi pada umumnya.
Menurut Alfred, sumber utama keuntungan perusahaan investasi berasal dari pendapatan dividen dan kenaikan nilai saham dari portofolio investasi. Namun kenaikan nilai saham tersebut hanya dicatatkan dalam pos investasi di neraca, di mana selisih yang dicatat sebagai laba masih unrealized.
Faktor inilah yang membuat laba perusahaan investasi seringkali mengalami fluktuasi. Berbeda jika perusahaan melakukan divestasi atau penjualan terhadap portofolionya, sehingga keuntungannya bisa masuk ke kas perusahaan.
"Kinerja Saratoga tidak hanya bisa dilihat dari aspek bottom line, laba atau rugi bersih. Karena fluktuasi harga saham portofolio akan mempengaruhi nilai investasi sehingga berdampak terhadap perhitungan laba. Jadi yang harus dilihat cash flow dan pertumbuhan asetnya, itu yang menjadi acuan menilai perusahaan investasi," ujar Alfred dalam keterangan tertulis, Rabu (15/3/2023).
Sebelumnya Presiden Direktur Saratoga Michael William P. Soeryadjaya mengatakan pada tahun 2022 Saratoga mencapai Net Asset Value (NAV) sebesar Rp 60,9 triliun. Nilai tersebut naik 8% dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp 56,3 triliun.
"Saratoga menutup tahun 2022 dengan dukungan modal yang solid, sehingga perusahaan memiliki ruang yang lebar dalam mengeksekusi strategi investasinya. Kami berharap peningkatkan portofolio investasi Saratoga akan terus berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan membuka lebih banyak lapangan kerja bagi Indonesia," kata Michael.
Pada tahun 2022 Saratoga membukukan perolehan dividen Rp 2,6 triliun atau naik 57% dibandingkan tahun 2021 menjadikan cash flow perusahaan juga semakin kokoh. Selain raihan dividen besar, tahun lalu Saratoga berhasil memangkas utang bersih hingga 80% menjadi Rp 688 miliar.
Sementara dari perspektif arus kas, sepanjang tahun lalu perusahaan menghasilkan arus kas masuk dari aktivitas operasi hingga mencapai Rp 3,7 triliun. Berbeda dengan tahun 2021 di mana arus kas keluar senilai Rp 362 miliar.
Sementara itu analis Mirrae Asset Sekuritas Indonesia, Hariyanto Wijaya dan Rut Yesika Simak, dalam risetnya yang terbit pada 20 Januari 2023 menilai harga saham SRTG layak untuk dihargai lebih tinggi. Ada 4 alasan yang mendasari analisis Mirrae.
Pertama, NAV SRTG terus meningkat. Dengan harga saham saat ini, di mana kapitalisasi pasar SRTG sekitar Rp 27 triliun, mencerminkan diskon hingga 46% terhadap NAV.
Kedua, Mirrae menilai pengurangan utang membuat neraca SRTG jadi lebih sehat. Ketiga, kas bersih yang terus meningkat. Keempat adanya potensi bagi SRTG untuk meraih pendapatan dividen yang lebih tinggi dalam enam bulan ke depan.
Namun Mirrae juga mengingatkan ada beberapa risiko yang dihadapi oleh Saratoga, seperti pendapatan dividen di bawah perkiraan, penurunan harga komoditas seperti emas, tembaga, batubara dan nikel. Faktor negatif lainnya jika pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih rendah daripada proyeksi.
Sepanjang tahun ini saham SRTG di bursa pernah mencapai level tertinggi di harga Rp 2.550 per saham pada 4 Januari 2022.
Lihat juga Video: Menebak Arah IHSG Jelang Potensi Resesi