Terkuak! Bos-bos Bank Silicon Valley Lepas Saham Rp 1,29 T Sejak 2021

ADVERTISEMENT

Terkuak! Bos-bos Bank Silicon Valley Lepas Saham Rp 1,29 T Sejak 2021

Almadinah Putri Brilian - detikFinance
Rabu, 15 Mar 2023 19:30 WIB
Police officers leave Silicon Valley Banks headquarters in Santa Clara, California on March 10, 2023. - US authorities swooped in and seized the assets of SVB, a key lender to US startups since the 1980s, after a run on deposits made it no longer tenable for the medium-sized bank to stay afloat on its own. (Photo by NOAH BERGER / AFP) (Photo by NOAH BERGER/AFP via Getty Images)
Foto: Noah Berger/AFP/Getty Images
Jakarta -

CEO Silicon Valley Bank (SVB) Greg Becker menjual saham miliknya hampir US$ 30 juta atau Rp 464 miliar (kurs Rp 15.473) dalam dua tahun terakhir. Hal ini menimbulkan kemarahan terkait adanya insider trading atau perdagangan orang dalam.

Becker menjual sahamnya senilai US$ 3,6 juta atau Rp 55,6 miliar pada 27 Februari 2023, beberapa hari sebelum SVB mengumumkan kerugian besar. Menurut data Smart Insider, yang dikutip dari CNBC, Rabu (15/3/2023), penjualan tersebut menutup penjualan saham Becker selama dua tahun yang mencapai US$ 29,5 juta atau Rp 456,4 miliar. Ia menjual dengan harga mulai dari US$ 287 hingga US$ 598 per saham.

Selain menjual saham, Becker juga membeli opsi (option) dengan harga pelaksanaan yang lebih rendah. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan porsi kepemilikan sahamnya.

Selain Becker, terdapat deretan pengisi puncak perusahaan yang juga menjual saham senilai jutaan dolar sejak 2021. Mereka adalah Chief Marketing Officer (CMO) Michelle Draper, Chief Financial Officer (CFO) Daniel Beck, dan Chief Operating Officer (COO) Philip Cox.

Selama dua tahun, para eksekutif dan direktur SVB telah menguangkan saham senilai US$ 84 juta atau Rp 1,299 triliun, dikutip dari Smart Insider.

Aksi ini telah memicu kritik terhadap manajemen SVB. Rep. Ro Khanna, seseorang dari Partai Demokrat California, mengatakan bahwa Becker harus mengembalikan uang itu kepada deposan.

"Saya telah mengatakan bahwa harus ada pengembalian (clawback) uang itu. Apa pun motifnya, dan kita harus mencari tahu, US$ 3,6 juta itu harus diberikan kepada deposan," cuit Khanna, dikutip dari CNBC, Rabu (15/3/2023).

Berdasarkan data dari Securities and Exchange Commission (SEC), penjualan saham Becker merupakan bagian dari program terjadwal yang dikenal dengan istilah 10b5-1 plan yang diajukan pada 26 Januari.

Sebagai informasi, 10b5-1 plan ini memungkinkan orang dalam untuk menjadwalkan penjualan saham lebih dulu untuk mengurangi kekhawatiran atas perdagangan saham atas informasi orang dalam.

Meski demikian, Ketua SEC Gary Gensler mengatakan bahwa skema tersebut penuh dengan penyalahgunaan. Contohnya, orang dalam langsung menjual saham tepat setelah mengajukan rencana, membuat rencana jual yang saling tumpang tindih, dan lainnya.

SEC membuat aturan baru yang mulai berlaku pada 27 Februari 2023 dan berlaku untuk setiap rencana atau plan yang diajukan 1 April mendatang. Aturan tersebut mencakup lebih banyak pengungkapan, transparansi, dan jadwal waktu untuk penjualan terjadwal.

Aturan ini juga memberlakukan 'periode pendinginan' atau cooling off period selama 90 hari antara tanggal pengajuan dan penjualan saham pertama. Di bawah aturan ini, penjualan saham Becker yang dilakukan sebulan setelah dia mengajukan tidak akan diizinkan.

Selain masalah saham, Becker dan eksekutif SVB lainnya juga mendapat kecaman karena menerima bonus tahunan pada hari Jumat (10/3), beberapa jam sebelum regulator menutup bank tersebut. Pada hari Minggu (12/3), Pemerintah AS mencapai kesepakatan untuk menyokong (backstop) deposan di SVB dan Signature Bank yang juga tutup.

(das/das)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT