Lembaga pemeringkat Moody's telah memangkas peringkat perbankan Amerika Serikat (AS). Hal tersebut terjadi karena jatuhnya bank-bank di AS, salah satunya Silicon Valley Bank (SVB).
"Kami telah mengubah prospek kami menjadi negatif dari stabil pada sistem perbankan AS untuk mencerminkan penurunan yang cepat dalam lingkungan operasi setelah simpanan berjalan di Silicon Valley Bank (SVB), Silvergate Bank, dan Signature Bank (SNY) dan kegagalan SVB dan SNY," kata Moody's dikutip dari CNBC, Rabu (15/3/2023).
Langkah tersebut mengikuti tindakan Senin malam, ketika Moody's memperingatkan bahwa kejadian itu menurunkan peringkat atau menempatkan peninjauan untuk menurunkan peringkat tujuh institusi individu.
Pergerakan itu penting karena dapat berdampak pada peringkat kredit begitu juga dengan biaya pinjaman untuk sektor tersebut.
Moody's mencatat tindakan luar biasa yang diambil untuk menopang bank-bank yang terkena dampak dengan penurunan peringkat ini. Akan tetapi, lembaga lain dengan kerugian yang belum direalisasi atau deposan yang tidak diasuransikan masih berisiko.
The Fed membentuk fasilitas untuk memastikan bahwa institusi yang terkena masalah likuiditas akan memiliki akses ke uang tunai. Departemen Keuangan AS mendukung program dengan dana $25 miliar dan berjanji bahwa deposan dengan lebih dari $250.000 di SVB dan Signature akan memiliki akses penuh ke dana mereka. Namun, Moody's menilai kekhawatiran itu tetap ada.
"Bank dengan kerugian sekuritas substansial yang belum terealisasi dan dengan deposan AS non-ritel dan tidak diasuransikan mungkin masih lebih sensitif terhadap persaingan deposan atau pelarian terakhir, dengan efek buruk pada pendanaan, likuiditas, pendapatan, dan modal," katanya.
Moody's telah menurunkan peringkat Signature Bank dan mengatakan akan menghapus semua ratingnya. Hal itu membuat beberapa institusi berada dalam peninjauan untuk potensi penurunan peringkat. Institusi tersebut adalah First Republic, Intrust Financial, UMB, Zions Bancorp, Western Alliance, dan Comerica.
Lembaga pemeringkatan itu mencatat, periode suku bunga rendah yang diperpanjang dipadukan dengan stimulus fiskal moneter terkait pandemi COVID-19 telah mempersulit operasi bank.
Misalnya, SVB mengalami kerugian sekitar $16 miliar yang belum direalisasi dari Treasury jangka panjang yang dipegangnya. Saat imbal hasil naik, hal itu mengikis nilai prinsip obligasi tersebut dan menciptakan masalah likuiditas bagi bank, yang tidak dapat memperoleh pembiayaan di lembaga tradisional. SVB harus menjual obligasi tersebut dengan kerugian untuk memenuhi kewajiban.
Moody's juga memperkirakan kemungkinan The Fed akan kembali menaikkan suku bunganya tahun ini. Selain itu, lembaga tersebut juga memperkirakan ekonomi AS akan jatuh ke dalam resesi akhir tahun ini.
"Kami memperkirakan tekanan akan bertahan dan diperburuk oleh pengetatan kebijakan moneter yang sedang berlangsung, dengan suku bunga kemungkinan akan tetap lebih tinggi lebih lama sampai inflasi kembali ke dalam kisaran target Fed," paparnya Moody's.
Sebagai informasi, SVB mengalami kebangkrutan pada Jumat (10/3) lantaran mengalami krisis modal. Sementara Signature Bank ditutup pada Minggu (12/3) imbas dari SVB yang dinyatakan bangkrut.
Tonton juga Video: Elon Musk Sebut Twitter Terancam Bangkrut