Mengintip Prospek Bisnis Anak Usaha Pertamina yang Baru Melantai di Pasar Modal

Mengintip Prospek Bisnis Anak Usaha Pertamina yang Baru Melantai di Pasar Modal

Aulia Damayanti - detikFinance
Rabu, 12 Apr 2023 09:28 WIB
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 5% ke level 4.891. Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan saham siang ini.
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Sejak melantai di pasar modal belum lama ini, saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) terus mengalami pelemahan. Lalu apakah itu artinya pelemahan saham PGEO mencerminkan prospek bisnis anak usaha Pertamina tersebut?

Menurut Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR), Fabby Tumiwa menilai tren negatif tersebut tidak mencerminkan prospek bisnis PGEO ke depan. Sebab ada beberapa bisnis yang dinilai masih sangat menjanjikan.

"Kita tahu kondisi market di level global dan juga domestik masih cukup volatile. Ini yang lebih dominan (menekan harga saham PGEO), sehingga relatif tidak berkaitan dengan fundamental bisnis perusahaan," ujarnya dikutip Rabu (12/4/2023)

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alih-alih mengkhawatirkan, menurut Fabby, prospek bisnis PGEO ke depan sangat cerah mengingat posisinya sebagai bagian dari entitas bisnis di bawah subholding Pertamina New Renewable Energy (NRE).

Menurut Fabby, Pertamina NRE merupakan bentuk diversifikasi bisnis dari Pertamina yang ke depan diharapkan bakal menjadi bakcbone bisnis baru, menggantikan sektor minyak dan gas (migas) yang tren bisnisnya semakin menurun signifikan.

ADVERTISEMENT

"Banyak orang belum paham bahwa ke depan Pertamina NRE ini justru akan menjadi core business andalan Pertamina, seiring makin ditinggalkannya bisnis migas yang dinilai sebagai energi kotor yang tidak layak lagi dipakai di masa mendatang," tutur Fabby.

Sebagaimana diketahui, tren pengembangan energi dunia mulai meninggalkan penggunaan energi fosil yang merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.

Sebagai gantinya, langkah pengembangan energi global mulai mengarah pada pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT), seperti halnya energi panas bumi.

"Sedangkan kita tahu, energi panas bumi yang menjadi backbone bisnis PGEO merupakan salah satu kekuatan utama Indonesia dalam pengembangan penggunaan EBT di masa mendatang," ungkap Fabby.

Fabby mencontohkan, langkah pemerintah yang telah memasang target peningkatan pemanfaatan energi panas bumi minimal mencapai 7 gigawatt pada 2030 mendatang.

"Dari target kapasitas itu, sekitar 2 gigawatt akan kita dapat dari (hasil produksi) PGEO. Itu artinya ke depan mereka bakal menjadi market leader di bisnis panas bumi di Indonesia," papar Fabby.

Dengan segala proyeksi ke depan tersebut, Fabby meyakini bahwa tidak ada yang perlu diragukan dari fundamental bisnis PGEO, termasuk sebagai sarana investasi saham di pasar modal.

Selain itu, Fabby juga mengingatkan bahwa bisnis panas bumi dan renewable energy merupakan salah satu jenis investasi yang sifatnya jangka panjang (long term investment).

Sehingga, masyarakat dan pelaku pasar diminta Fabby untuk tidak terpancing dan khawatir dengan pergerakan dan tekanan pasar yang ada dalam jangka pendek.

Pun, dengan size capitalization yang dimiliki, Fabby menilai sangat rawan untuk dijadikan sasaran trader untuk 'menggoreng' saham PGEO demi mengais keuntungan sesaat.

"Karena trader kan bukan melihat fundamental bisnis, melainkan margin dari perdagangan jangka pendek. Jadi jangan panik. Bagi investor pasar modal yang bermain long term, saya yakin kinerja PGEO justru sangat menjanjikan," tegas Fabby.

(das/das)

Hide Ads