Sederet Negara Ini Mulai 'Diet' Dolar AS, Ada Argentina hingga RI

Sederet Negara Ini Mulai 'Diet' Dolar AS, Ada Argentina hingga RI

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Kamis, 27 Apr 2023 11:12 WIB
Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) siang ini sudah menembus Rp 14.930. Dolar AS bergerak di level Rp 14.820-14.933 hari ini.
Ilustrasi/Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Dedolarisasi menjadi tren di beberapa negara. Ramai-ramai mata uang dolar Amerika Serikat (AS) ditinggalkan sebagai alat transaksi perdagangan.

Perlu diketahui, dedolarisasi adalah penggantian dolar AS sebagai mata uang yang digunakan untuk perdagangan minyak hingga perjanjian perdagangan bilateral. Selama ini dolar AS merupakan mata uang yang dominan dipakai dalam perdagangan internasional sehingga kebijakan ekonomi apapun yang dikeluarkan Bank Sentral AS (The Fed) selalu berdampak bagi kondisi global.

Paling anyar, Argentina baru mengumumkan akan menggunakan mata uang China, yuan untuk transaksi impor dari Negeri Tirai Bambu itu. Argentina memutuskan tak lagi menggunakan dolar AS untuk transaksi impornya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menteri Ekonomi Argentina Sergio Massa menyatakan, langkah ini dilakukan untuk menekan cadangan dolar AS negara yang semakin berkurang. Pemerintah Argentina mengungkapkan transaksi impor April, negara sudah membayar dengan yuan yang setara dengan US$ 1 miliar. Ke depan impor bulanan Argentina dari China US$ 790 juta akan dibayarkan dalam yuan.

Langkah dedolarisasi yang dilakukan ini sebetulnya bukan menjadi hal baru bagi Argentina, negara itu sebelumnya telah menukarkan mata uangnya dengan China sebanyak US$ 5 miliar pada November 2022. Hal ini dilakukan untuk memperkuat cadangan devisa Argentina.

ADVERTISEMENT

Daftar Negara yang Mulai Dedolarisasi:


1. Kerja Sama China-Brasil

Pada akhir Maret 2023, Brasil dan China telah membuat kesepakatan untuk 'membuang' dolar AS dalam transaksi perdagangan mereka. Kesepakatan tersebut diketahui bernilai sangat besar mengingat total perdagangan kedua negara menembus US$ 171,49 miliar.

Artinya, ada permintaan dolar AS sebesar US$ 171 miliar yang hilang dalam perdagangan global. Kesepakatan tersebut jelas sebuah kemenangan bagi kampanye pengurangan penggunaan dolar AS.

2. Rencana Kerja Sama China-Arab Saudi

Selain dengan Brasil, China juga merayu Arab Saudi untuk menggunakan mata uang yuan untuk membeli minyak. The Wall Street Journal menulis, pembicaraan ini sudah terjadi selama enam tahun terakhir.

Namun, ketidaksenangan Negeri Raja Salman pada komitmen keamanan AS pada kerajaan beberapa dekade ini membuat pembicaraan dengan China kian gencar.

Jika kerja sama ini disepakati maka diperkirakan bisa menggerus permintaan dolar AS lebih dari US$ 10 miliar. Kontrak Saudi Aramco dengan perusahaan China terkait penjualan minyak diperkirakan mencapai US$ 10 miliar.

3. Kerja Sama China-Rusia

Mata uang dolar AS belakangan sudah semakin tersingkirkan di Rusia. Sebab negara yang dipimpin Vladimir Vladimirovich Putin itu kini banyak menerima mata uang negaranya rubel dan mata uang China, yuan.

Pemerintah China banyak mengimpor gas dan minyak mentah dari Rusia. Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan pembayaran menggunakan yuan dan rubel.

"Yuan dan rubel dalam permintaan tinggi, sehingga vektor akan terus berlanjut. China sudah membayar dalam yuan untuk gas dan sebagian untuk minyak, ada penyelesaian dalam rubel juga," kata Novak kepada TV pemerintah Rusia, dikutip dari Reuters, Minggu (23/4/2023).

4. Kebijakan Perdagangan Luar Negeri India

Tidak ingin ketinggalan dengan China, India telah mengeluarkan kebijakan baru untuk semakin meningkatkan penggunaan rupee dalam perdagangan mereka. Kebijakan tersebut sudah mulai dijalankan sejak April 2023.

Di luar itu, India juga tercatat menjalin kesepakatan dengan negara lain seperti Malaysia untuk menggunakan mata uang masing-masing dalam transaksi perdagangan.

5. Kerja sama Indonesia dan ASEAN

Indonesia dan negara-negara ASEAN juga mulai meningkatkan penggunaan mata uang masing-masing melalui local currency transaction (LCT). Dengan begitu Indonesia beserta negara ASEAN lainnya sudah tidak lagi menggunakan dolar AS dalam transaksi perdagangannya.

Diketahui bahwa Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Filipina telah meneken kerja sama transaksi pembayaran lintas batas melalui kode QR, fast payment, data, hingga transaksi mata uang lokal.

Di luar itu Indonesia sendiri secara khusus sudah menandatangani kerangka kerjasama penyelesaian transaksi dengan mata uang lokal atau Local Currency Settlement (LCS) dengan sejumlah negara. Di antaranya adalah Malaysia, Thailand, Jepang, China, dan Korea Selatan.

Hal ini tentu berimbas langsung terhadap penggunaan dolar AS yang sebelumnya banyak digunakan saat melakukan transaksi perdagangan antar negara.

Lihat juga Video 'Waduh! Kantor Akuntan Publik di AS PHK Ribuan Karyawannya':

[Gambas:Video 20detik]



(hal/ara)

Hide Ads