Surat utang yang dilunasi kali ini adalah sisa pokok Senior Notes due 2024 sebesar US$ 950 juta atau setara Rp 14,2 triliun (kurs Rp 14.940) yang masa penawaran tender (tender offer)-nya telah habis. Setelah buyback ini nilai surat utang PGN yang tidak terserap tersisa US$ 450,14 juta.
"Penggunaan fasilitas pinjaman dan kas internal untuk pembayaran kembali surat utang tidak berdampak terhadap likuiditas perseroan," ungkap Corporate Secretary PGN, Rachmat Hutama dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (9/6/2023).
Direncanakan sebelumnya, PGN melaksanakan tender offer untuk membeli secara tunai seluruh obligasi senior berbunga 5,1% yang jatuh tempo tahun 2024. Harga penawaran tender sebesar US$ 1.006 per US$ 1.000. yang akan didanai menggunakan dana pinjaman komersial eksternal dan dana internal perusahaan.
Rachmat menjelaskan, tender offer ini dilakukan sebagai langkah proaktif perseroan dalam mengelola obligasi atau surat utang yang akan jatuh tempo. Masa penawaran tender berlaku hingga 25 Mei 2023 pada pukul 17.00 waktu New York, kecuali diperpanjang atau dihentikan lebih awal seperti yang dijelaskan dalam memorandum penawaran tender.
Langkah PGN ini bertujuan untuk menata kembali pinjaman telah berlangsung sejak tahun lalu. Pada Desember 2022 PGN melakukan pembelian kembali obligasi dengan jumlah pokok agregat sebesar US$ 400 juta menggunakan dana internal perusahaan. Pasca tender offer utang obligasi perusahaan menyusut dari US$ 1,7 miliar menjadi sekitar US$ 1,3 miliar.
Sebagai subholding gas Pertamina, PGN terus menunjukkan kinerja yang solid. Pekan lalu (30/5) Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PGN menetapkan pembagian dividen sebesar US$ 228,36 juta.
Nilai dividen tersebut setara dengan 70% dari laba bersih PGN pada tahun buku 2022 sebesar US$ 362 juta atau Rp 141,05 per saham. Dengan harga saham PGAS yang ada di Rp 1.430 per saham, yield dividen Perusahaan Gas Negara mencapai 9,86%.
(rrd/rir)