Dolar AS Tembus Rp 15.610, Siap-siap Harga Barang Ini Makin Mahal

Dolar AS Tembus Rp 15.610, Siap-siap Harga Barang Ini Makin Mahal

Ilyas Fadilah - detikFinance
Sabtu, 07 Okt 2023 19:45 WIB
Nilai tukar dolar AS kembali mengalami penguatan dan menekan rupiah. Mata uang Paman Sam makin mendekati level Rp 15.500.
Dolar AS/Foto: Chelsea Olivia Daffa
Jakarta -

Menguatnya nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah bakal berdampak bagi masyarakat Indonesia. Komoditas yang berbasis impor makin mahal.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mencontohkan produk elektronik hingga obat-obatan bisa naik imbas dolar AS yang menguat. Sebagai informasi, per 6 Oktober 2023 nilai tukar dolar AS terhadap rupiah berada di level Rp 15.610.

"Ya obat-obatan, elektronik, dalam kurun waktu ke depan harga-harganya bisa lebih mahal," katanya saat dihubungi detikcom, Sabtu (7/10/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dampak lainnya juga bakal terasa bagi bahan bakar minyak (BBM), yang mana Indonesia masih mengimpornya. Pada akhirnya sektor transportasi juga akan terdampak.

"Yang berdampak signifikan saat dolar AS menguat adalah barang-barang impor bakal lebih mahal kan. Nah kemudian harga minyak tinggi, kemarin BBM non subsidi dinaikan. Ini berdampak pada komoditas yang ada pada transportasi," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Hal senada disampaikan analis pasar uang Lukman Leong yang menyebut produk harga produk impor bisa terkerek. imbasnya terjadi inflasi dan menurunkan daya beli masyarakat.

"Dampak terutama pada produk impor yang berbasis dolar AS, terutama BBM. Hal ini bisa kembali memicu kenaikan pada harga barang-barang impor dan inflasi dan menurunkan daya beli masyarakat," terang Lukman.

Sementara itu pengamat pasar uang Ariston Tjendra berpendapat ketergantungan dunia terhadap dolar AS masih sangat tinggi. Kebijakan moneter di AS juga menjadi perhatian pelaku pasar global.

"Oleh karena itu, pergerakan rupiah terhadap dollar AS sangat rentan dengan perkembangan yang terjadi di AS dan juga isu global terutama yang mempengaruhi nilai tukar dollar AS seperti kebijakan moneter," ujarnya.

"Kenaikan suku bunga acuan AS akan mendorong kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS. Obligasi pemerintah AS menjadi aset investasi aman yang menarik pelaku pasar sehingga kenaikan imbal hasil obligasi, membuat obligasi pemerintah AS menjadi lebih menarik," bebernya.

Ia menyebut pelaku pasar lebih senang berinvestasi di aset yang aman dibanding aset yang berisiko bila menghasilkan imbal hasil yang kurang lebih sama. Hal inilah yang membuat dolar AS menguat.

(ily/ara)

Hide Ads