Mata uang Israel shekel melemah 3% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan diperdagangkan di level 3,96 per US$ 1. Kondisi ini merupakan yang terendah dalam 8 tahun terakhir.
Pelemahan mata uang Israel terjadi di tengah konflik yang pecah di Gaza. Militer Israel dan Hamas saling serang, menyebabkan lebih dari 1.100 orang meninggal dunia.
Dikutip dari RT.com, Selasa (10/10/2023), indeks saham acuan TA-35 Israel juga turun pada hari Senin, turun 0,3% setelah sebelumnya juga turun 6,5% di hari Minggu.
Pasar saham di Timur Tengah juga melemah karena kekhawatiran akan meluasnya konflik. Indeks acuan Dubai anjlok 2,8%, EGX 30 Mesir merosot 0,6%, dan Indeks Tadawul All Share Arab Saudi turun 0,55%.
Pada hari Sabtu, kelompok bersenjata Palestina Hamas meluncurkan ribuan rudal ke Israel dan mengerahkan militan untuk menyusup ke pemukiman Yahudi di dekat perbatasan Gaza. Sementara pasukan keamanan Israel meluncurkan 'Operasi Pedang Besi'. Banyak warga Israel dan Palestina yang meninggal dunia.
Bank of Israel telah mengumumkan rencana untuk menjual sebanyak US$ 30 miliar dan memperluas hingga US$ 15 miliar melalui mekanisme swap. Penjualan valuta asing menandai langkah pertama yang bertujuan untuk mendukung shekel sejak regulator mengizinkan mata uang domestik diperdagangkan secara bebas.
"Bank akan beroperasi di pasar selama periode mendatang untuk mengurangi volatilitas nilai tukar shekel dan menyediakan likuiditas yang diperlukan agar pasar dapat terus berfungsi dengan baik," bunyi pernyataan yang dirilis pada hari Senin.
Simak Video 'MER-C Minta Relawan di Gaza Tak Ikut-ikutan Perang':
(ily/rrd)