Analis Ungkap Biang Kerok IHSG Amblas Hari Ini

Analis Ungkap Biang Kerok IHSG Amblas Hari Ini

Retno Ayuningrum - detikFinance
Rabu, 01 Nov 2023 13:27 WIB
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 5% ke level 4.891. Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan saham siang ini.
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Indeks Harga Gabungan Saham (IHSG) hari ini terjun bebas. IHSG bahkan sempat turun hingga 1,41%. Apa penyebabnya?

Mengutip data RTI, Rabu (1/11/2023), IHSG sudah melemah sejak pembukaan pagi tadi sebesar 0,17% ke 6,741. Lalu pada pukul 10.00 WIB IHSG sudah berkurang 94 poin atau turun 1,41% ke posisi 6.657. IHSG bergerak dalam rentang posisi tertinggi 6.773 dan terendahnya 6.656.

Terkait hal tersebut, Pengamat Pasar Modal Hans Kwee menyebut pelemahan IHSG akhir-akhir lebih banyak faktor global. Sedangkan sentimen dalam negeri menunjukkan hal yang positif. Hal tersebut dikarenakan masih adanya pertumbuhan ekonomi yang masih stabil dan inflasi yang masih terkendali.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"(Sentimen dalam negeri) positif sebenarnya, tapi pelemahan rupiah menjadi perhatian dan bunga relatif tinggi," kata Hans Kwee kepada, Rabu (1/10/2023).

Kemudian, Hans membeberkan faktor eksternal yang memicu pelemahan IHSG. Di antaranya, laporan inflasi Personal Consumption Expenditures (PEC) mencatat inflasi semakin turun mendekati target Bank Sentral Amerika Serikat (AS), yakni 2%. Hal ini sesuai dengan perkiraan pelaku pasar.

ADVERTISEMENT

Kemudian, keuangan AS diperkirakan semakin membaik. Kondisi ini membuat suku bunga AS akan bertahan di posisi tinggi lebih lama lagi. Hal itu tentu menjadi sentimen buruk bagi pasar modal Indonesia karena bisa menarik keluar dana asing.

"Tapi, mengindikasi ekonomi AS lebih kuat sehingga bunga mungkin bertahan tinggi lebih lama. The Fed hampir dapat dipastikan menahan suku bunga acuan tidak berubah di edisi November, tetapi masih terbuka kenaikan di bulan Desember," jelasnya.

Di sisi lain, Bank Sentral Eropa (ECB) mengakhiri potensi kenaikan suku bunga. Namun, akan mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka waktu yang lama.

Memanasnya konflik Israel Hamas dan perlambatan pertumbuhan ekonomi di kawasan Timur Tengah juga menjadi perhatian para pelaku pasar. Apalagi, perang Israel dan Hamas yang berpotensi mendorong harga minyak lebih tinggi.

Kemudian data inflasi menjadi perhatian pelaku pasar pada pekan ini, di mana IHK (Indeks Harga Konsumen) Jerman dan Eropa diperkirakan turun. Sedangkan IHK Indonesia diperkirakan naik 2,6%, tapi tetap dianggap rendah.

"IHSG berpeluang konsolidasi menguat melanjutkan rebound dari tekanan penurunan sebelumnya dengan support di level 6,704 sampai level 6,652 dan resistance di level 6,878 sampai level 6,986," imbuh Hans.

Hal senada juga disampaikan oleh Pengamat Pasar Modal Reza Priyambada. Dia menilai pelemahan IHSG akhir-akhir ini disebabkan beberapa faktor global. Di antaranya, potensi kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed), perubahan iklim, dan efek El Nino.

"Artinya, apabila krisis-krisis tersebut tidak ditangani dengan tepat ya tentu ini akan mempengaruhi perekonomian global. Nah itu mungkin yang membuat akhirnya pelaku pasar tidak cukup nyaman dengan kondisi tersebut," kata Reza kepada detikcom.

Sementara itu, sentimen dari dalam negeri, Reza mengatakan masih cukup positif. Meski begitu, pergerakan nilai tukar rupiah yang masih menjadi perhatian sehingga membuat pelaku pasar menjauhi market.

Meskipun IHSG sempat mengalami kenaikan, Reza berpendapat kenaikan tersebut tidak bertahan lama. Hal ini dikarenakan para pelaku pasar masih diliputi kekhawatiran.

"Misalkan ada kenaikan, ya kenaikan ini belum belum tentu sustain jadi naik sedikit turunnya banyak. Kalau yang kita lihat kenaikan yang terjadi itu tidak cukup kuat," imbuhnya.

(das/das)

Hide Ads