Penyebab IHSG Makin Tersungkur
Pengamat Pasar Modal Hans Kwee menilai pelemahan IHSG akhir-akhir ini lebih banyak dipengaruhi oleh faktor global. Meski begitu, dia menyebut sentimen dalam negeri masih menunjukkan positif. Hal tersebut dikarenakan masih adanya pertumbuhan ekonomi yang stabil dan inflasi yang terkendali.
"(Sentimen dalam negeri) positif sebenarnya, tapi pelemahan rupiah menjadi perhatian dan bunga relatif tinggi," kata Hans Kwee kepada detikcom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, Hans membeberkan faktor eksternal yang memicu pelemahan IHSG, di antaranya laporan inflasi Personal Consumption Expenditures (PEC) mencatat inflasi semakin turun mendekati target Bank Sentral Amerika Serikat (AS), yakni 2% sesuai dengan perkiraan pelaku pasar. Kemudian, keuangan AS semakin membaik dari perkiraan hingga bisa menjadi pendorong penguatan pasar saham.
"Tapi, mengindikasi ekonomi AS lebih kuat sehingga bunga mungkin bertahan tinggi lebih lama. The Fed hampir dapat dipastikan menahan suku bunga acuan tidak berubah di edisi November, tetapi masih terbuka kenaikan di bulan Desember," jelasnya.
Memanasnya konflik Israel dan Hamas serta perlambatan pertumbuhan ekonomi di kawasan Timur Tengah juga menjadi perhatian para pelaku pasar. Apalagi, perang Israel dan Hamas yang berpotensi mendorong harga minyak lebih tinggi.
Kemudian data inflasi menjadi perhatian pelaku pasar pada pekan ini, di mana IHK (Indeks Harga Konsumen) Jerman dan Eropa diperkirakan turun. Sedangkan IHK Indonesia diperkirakan naik 2,6%, tapi tetap dianggap rendah.
"IHSG berpeluang konsolidasi menguat melanjutkan rebound dari tekanan penurunan sebelumnya dengan support di level 6.704 sampai level 6.652 dan resistance di level 6.878 sampai level 6.986," imbuh Hans.
Pengamat Pasar Modal Reza Priyambada menilai pelemahan IHSG akhir-akhir ini disebabkan beberapa faktor global, di antaranya potensi kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed), perubahan iklim, dan El Nino.
"Artinya, apabila krisis-krisis tersebut tidak ditangani dengan tepat ya tentu ini akan mempengaruhi perekonomian global. Nah itu mungkin yang membuat akhirnya pelaku pasar tidak cukup nyaman dengan kondisi tersebut," kata Reza kepada detikcom.
Sementara itu, sentimen dari dalam negeri, Reza mengatakan masih cukup positif. Meski begitu, pergerakan nilai tukar rupiah yang masih menjadi perhatian sehingga membuat pelaku pasar menjauhi market.
Meskipun IHSG sempat menguat, Reza berpendapat kenaikan tersebut tidak bertahan lama. Hal ini dikarenakan para pelaku pasar masih diliputi kekhawatiran.
"Misalkan ada kenaikan, ya kenaikan ini belum belum tentu sustain jadi naik sedikit turunnya banyak. Kalau yang kita lihat kenaikan yang terjadi itu tidak cukup kuat," imbuhnya.
(ara/ara)