Ini Nih Biang Kerok Ringgit Malaysia Anjlok Hampir Separah Krismon

Ini Nih Biang Kerok Ringgit Malaysia Anjlok Hampir Separah Krismon

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Jumat, 03 Nov 2023 19:30 WIB
Tapal batas Indonesia-Malaysia di Kalimantan Barat dihuni oleh masyarakat Dayak. Mereka sudah hidup di tempat itu jauh sebelum batas-batas negara terbentuk.
Foto: Rachman Haryanto/detikcom
Jakarta -

Bank sentral Malaysia mempertahankan suku bunganya sebesar 3% hingga 2024. Hal ini dilakukan meski mata uang ringgit tengah mengalami pelemahan terburuk dalam 25 tahun terakhir.

Pengamat ekonomi sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bank sentral Malaysia mengambil keputusan ini mengingat inflasi domestik dan prospek pertumbuhan negara itu cenderung stabil.

"Mungkin ada perasaan bahwa BNM (Bank Negara Malaysia) perlu mencoba dan menyesuaikan perbedaan suku bunga dengan AS atau mencoba dan meningkatkan sentimen melalui kenaikan suku bunga, yang menurut saya mungkin belum menjadi pilihan mereka," kata Ibrahim kepada detikcom, Jumat (11/3/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya dengan inflasi sebesar 1,9% pada September 2023 kemarin, terendah sejak Maret 2021 dan jauh di bawah perkiraan pemerintah sebesar 2,5-3% untuk tahun ini, bank sentral negara itu memiliki ruang untuk tetap mempertahankan suku bunganya.

"Menurut jajak pendapat terpisah Reuters, Malaysia diperkirakan akan tumbuh sebesar 4% pada tahun ini dan 4,5% pada 2024. Sementara inflasi diperkirakan rata-rata sebesar 2,8% pada tahun ini dan 2,5% pada tahun depan," ungkap Ibrahim.

ADVERTISEMENT

"Dari sudut pandang BNM, angka tiga persen relatif mendekati tingkat historis. Ini adalah tingkat yang membuat mereka cukup nyaman mengingat dinamika pertumbuhan dan inflasi mereka," tambahnya lagi.

Meskipun tidak ada kenaikan suku bunga, Ibrahim merasa bank sentral Malaysia juga tidak akan menurunkan suku bunganya di bawah 3%. Kondisi ini diperkirakan tidak akan mengalami perubahan sebelum akhir 2024.

Meski begitu, Ibrahim menjelaskan saat ini ringgit masih menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di Asia Tenggara tahun ini, yang merosot hampir 8% terhadap dollar AS.

Diketahui hingga Oktober kemarin nilai tukar mata uang Malaysia tersebut merosot hingga 4,8 ringgit per dolar AS-nya, level terlemah sejak Januari 1998.Diperkirakan pelemahan ini akan terus terjadi hingga 2024, di mana ringgit bisa mencapai level 5,1 per dolar AS.

"Mata uang Ringgit dapat merosot lebih jauh sebesar 5% ke rekor terendah 5 ringgit per dolar. BNM perlu kebijakan currency pegging akan membantu meringankan tekanan harga," kata Ibrahim.

Pegging sendiri merupakan kebijakan di mana pemerintah atau bank sentral menetapkan nilai tukar tetap untuk mata uangnya dengan mata uang asing untuk menstabilkan nilai tukar antarnegara. Sebelumnya hal ini pernah dilakukan oleh Negeri Jiran saat krisis 1998 selama tujuh tahun.

"Sebagai contoh kontrol modal pada September 1998 dan kemudian mematok nilai tukar ringgit pada 3,8 per dolar. Kebijakan tersebut dijalankan hingga 2005. IMF, yang pada saat itu menyebut patokan ringgit sebagai langkah mundur, kemudian mengakui bahwa hal ini merupakan 'jangkar stabilitas' yang membantu pemulihan ekonomi," jelasnya.

(fdl/fdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads