Salip Louis Vuitton, Produsen Obat Ini Jadi Perusahaan Paling Berharga di Eropa

Retno Ayuningrum - detikFinance
Kamis, 01 Feb 2024 10:54 WIB
Ilustrasi obat. (Foto: shutterstock)
Jakarta -

Permintaan obat-obatan penurun berat badan membuat saham Produsen Obat asal Denmark, Novo Nordisk melonjak lebih dari 60% selama 52 minggu terakhir. Capaian ini mendorong nilai perusahaan berusia 100 tahun itu meroket dan menggantikan grup mewah Prancis LVMH sebagai perusahaan paling berharga di Eropa.

Lonjakan saham tersebut didorong oleh penjualan obat penurun badan yang melonjak 154% dibandingkan tahun sebelumnya. Perusahaan di balik obat penurun berat badan Wegovy dan obat diabetes Ozempic ini melaporkan penjualannya meningkat sebesar 31%. Sementara itu, laba bersihnya melonjak sebesar 51% pada tahun 2023 dibandingkan tahun sebelumnya.

Pada pembukaan bursa saham Kopenhagen, saham Novo dijual dengan harga lebih dari 776 kroner Denmark, naik lebih dari 3%. Hal tersebut membuat nilai pasar perusahaan lebih dari US$ 500 juta atau setara Rp 7,89 triliun (kurs Rp 15.781).

Ke depannya, dua produk andalan perusahaan tersebut akan mendorong pertumbuhan perusahaan. Ozempic, yang digunakan untuk mengobati diabetes tipe 2, dan Wegovy, obat penurun berat badan, menjadi obat terlaris. Keduanya mengandung bahan aktif yang sama untuk mengatasi penurunan berat badan.

Amerika Utara menjadi negara dengan pasar terbesar bagi kedua produk Novo. Pada tahun 2023, penjualan meningkat sebesar 50%. Raksasa farmasi Denmark itu memperkirakan masih ada peluang untuk pertumbuhan.

"Secara global, jumlah penderita obesitas meningkat hampir tiga kali lipat sejak tahun 1975 dan diperkirakan akan mencapai lebih dari 1,2 miliar orang dewasa pada tahun 2030," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Euronews Business, Kamis (1/2/2024).

Produsen obat asal Denmark ini optimis mengenai prospeknya pada tahun 2024 dan berharap dapat mempertahankan kesuksesannya. Dalam laporan pendapatan terbaru, Novo memperkirakan pertumbuhan penjualan sebesar 18-26%, dan pertumbuhan laba operasional sebesar 21-29%.

Hal ini karena pihak perusahaan melihat pengguna obat obesitas masih sangat dinamis dengan kedatangan konsumen baru.

"Kedatangan konsumen baru ini di tengah meningkatnya apresiasi bahwa obat-obatan untuk mengatasi obesitas mempunyai potensi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan memotong biaya perawatan kesehatan jangka panjang," jelas perusahaan itu.

Lihat juga Video: Kata Kemenkes soal Obat-obatan yang Perlu Dibawa saat Liburan







(das/das)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork