PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR), emiten bus listrik Grup Bakrie telah mengumumkan laporan keuangan konsolidasi untuk periode kuartal I-2024. Perusahaan melaporkan pendapatan bersih sebesar Rp 205 miliar turun dari pendapatan di kuartal I-2023 sebesar Rp 292 miliar.
Dalam keterangan resmi perusahaan dikutip Selasa (30/4/2024), perusahaan menjelaskan penurunan pendapatan utamanya disebabkan oleh penurunan penjualan dari bisnis manufaktur suku cadang seiring dengan penurunan penjualan kendaraan nasional di kuartal tersebut.
Di sisi lain, VKTR mencatat adanya penjualan di segmen penjualan EV pada kuartal I-2024, berbeda dengan periode kuartal I-2023 yang masih nihil. Dari sisi neraca, tidak terjadi banyak perubahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Total aset mengalami peningkatan sebesar 0,5% menjadi Rp 1,67 triliun dari Rp 1,66 triliun. Sementara itu, total kewajiban mengalami penurunan sebesar 3% menjadi Rp 505 miliar pada kuartal I-2024 dari Rp 520 miliar di 2023.
Margin laba kotor konsolidasi perusahaan pada kuartal I-2024 mengalami kenaikan menjadi 26,1% dari 19,1% pada kuartal I-2023. Sementara Margin EBITDA perusahaan mengalami kenaikan menjadi 15,7% pada kuartal I-2024 dari 11,9% pada kuartal I-2023. Peningkatan margin terutama disebabkan oleh pengendalian biaya pada bisnis manufaktur suku cadang mobil yang dipimpin oleh penurunan HPP (Harga Pokok Penjualan).
Dari segmen penjualan EV, di sepanjang 1Q24, Perusahaan menguatkan ekspansi portofolio klien B2B (Business to Business) yang memiliki visi ke arah keberlanjutan yang semula hanya B2G (Business to Government). Hal ini tercermin dari kelanjutan penjualan bus listrik kepada perusahaan swasta sepanjang kuartal tahun ini.
Beberapa kerja sama telah dijajaki oleh Perusahaan pada kuartal I-2024 untuk mendorong adopsi dan penjualan EV di Indonesia, seperti pembangunan JV (Joint Venture) dengan salah satu perusahaan distributor kendaraan terkemuka di Indonesia untuk memaksimalkan kanal penjualan; serta menandatangani kerjasama strategis dengan salah satu BUMN terbesar di Indonesia untuk solusi green financing melalui skema e-MaaS (electric-Mobility as a Service).
Beberapa hal menjadi faktor penurunan penjualan kami sejalan dengan penurunan di industri automotif nasional, seperti Pemilihan umum Presiden yang terjadi pada 1Q24 yang menyebabkan banyak pihak melakukan wait and see approach. Selain itu, ketidakpastian kondisi makro global di tengah memanasnya kondisi geopolitik di Timur Tengah yang berdampak pada pelemahan rupiah menyebabkan melemahnya daya beli konsumen.
Namun, di tengah kondisi eksternal yang menantang, segmen manufaktur suku cadang mampu mendorong peningkatan marjin berkat pengendalian keuangan yang baik. Dari segi EV, kami tetap konsisten untuk menyelesaikan progres pembangunan Fasilitas Kendaraan Listrik Komersial Berbasis CKD (Completely Knock Down) Pertama di Indonesia di Magelang agar berjalan sesuai dengan rencana pembangunan yang ditargetkan selesai pada bulan September 2024.
"Menjadi pionir di dalam segmen EV Komersial di Indonesia memang penuh dengan tantangan. Oleh sebab itu, VKTR terus berupaya untuk memberikan solusi permasalahan industri EV dari segi manufaktur hingga pembiayaan untuk mengakselerasi adopsi EV di Indonesia. Fokus VKTR saat ini adalah memastikan progres pembangunan Fasilitas CKD kami di Magelang berjalan tepat waktu. Fasilitas ini akan menjadi pusat perakitan kendaraan listrik komersial dengan TKDN minimal 40%, sehingga memberikan dampak pada keterjangkauan harga untuk konsumen, dan peningkatan margin untuk perusahaan," ujar Direktur Utama VKTR Gilarsi W. Setijono.
Perusahaan terus mendukung pihak yang ingin merealisasikan target Net Zero Emissions mereka. Dari total 60 bus VKTR yang telah beroperasi dengan jarak tempuh 5.432.358 Km (per-15 April 2024), estimasi internal kami jumlah karbon yang berhasil dikurangi sebanyak 5.200 ton CO2 (dengan asumsi faktor konversi 2,68 kg CO2/liter, dan konsumsi solar 2,8 km/liter). Untuk menyerap CO2 sebesar 5.200 ton, dibutuhkan sekitar 5.627 hektare vegetasi untuk menyerap 5.200 ton CO2, atau setara dengan 237 ribu pohon yang harus ditanam untuk menyerap emisi CO2 tersebut (asumsi 1 pohon dewasa menyerap 22 kg CO2 selama 20 tahun).
(das/das)