Kejadian Lagi yang Bikin Jokowi Ketar-ketir, Dolar AS Tembus Rp 16.200

Kejadian Lagi yang Bikin Jokowi Ketar-ketir, Dolar AS Tembus Rp 16.200

Retno Ayuningrum - detikFinance
Jumat, 31 Mei 2024 07:30 WIB
Rupiah semakin melemah di hadapan dolar AS. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tembus Rp 16.178 siang ini, Selasa (16/4/2024).
Dolar AS & Rupiah - Foto: Andhika Prasetia
Jakarta -

Nilai tukar rupiah terhadap dolar kembali melemah di level Rp 16.200. Kondisi ini bukanlah yang pertama kali.

Ternyata melemahnya rupiah membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) ketar-ketir. Jokowi mengatakan pelemahan kurs mata uang terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dapat memicu kenaikan harga sejumlah komoditas. Untuk itu, Jokowi meminta agar berhati-hati.

"Kurs, kemarin kita agak ngeri juga melompat di atas Rp 16 ribu, Rp 16.200, kita sudah mulai ketar-ketir karena negara lain juga melompat lebih dari itu," kata Jokowi dalam sambutannya di acara Inagurasi GP Ansor, di Istora Senayan, Jakarta Pusat, Senin (27/5/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantas apa yang menyebabkan rupiah kembali anjlok?

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan penyebab nilai tukar rupiah kembali melemah lantaran banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal, salah satunya serangan Israel yang membabi buta di Rafah, Jalur Gaza bagian selatan. Ibrahim menyebut serangan Israel ini terus mendapatkan dukungan dari AS dengan mengirim senjata ke negara tersebut.

ADVERTISEMENT

Meski mendapat kecaman dari mata dunia, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berencana tetap melakukan penyerangan hingga akhir tahun 2024. Konflik ini yang membuat situasi global tak menentu dan membuat arus mata uang asing kembali ke AS. Dampaknya dolar AS semakin menguat.

"Konflik timur tengah pasca Israel melakukan penyerangan di Rafah ini mendapatkan kecaman-kecaman cukup luar biasa. Apalagi pengadilan internasional sudah memberikan satu ultimatum terhadap Israel agar tidak menyerang Rafah, tapi kenyataannya sampai saat ini Israel masih terus melakukan penyerangan dan didukung oleh Amerika. Ini yang sebenarnya membuat dolar semakin menguat lebih lama," kata Ibrahim kepada detikcom, Rabu (30/5/2024).

Di sisi lain, bank-bank sentral di Eropa akan tetap mempertahankan suku bunganya. Hal ini berarti, mereka mengetahui Bank Sentral AS, The Fed tidak akan menurunkan suku bunga acuannya dalam waktu dekat.

"Bank sentral Eropa akan mempertahankan suku bunga berarti tahu Bank Sentral AS tidak menurunkan suku bunga. Ini yang membuat dolar terus mengalami penguatan sehingga berdampak negatif terhadap mata uang rupiah dari segi eksternal," jelasnya.

Senada dengan Ibrahim, Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan penguatan dolar kali ini didorong adanya ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan AS menurun. Ini artinya, bank sentral tersebut diprediksi akan mempertahankan suku bunga acuan.

"Konflik yang kembali memanas di Timur Tengah juga mendorong penguatan dollar AS. Serangan ke kapal komersial di Laut Merah karena konflik Israel-Hamas bisa menyebabkan gangguan suplai yang bisa mendorong kenaikan inflasi lagi," kata Tjendra.

Tjendra menjelaskan tekanan rupiah akan terus berlanjut apabila market atau pasar melihat The Fed membuka peluang menaikkan suku bunga acuan. Selain itu, apabila konflik Timur Tengah masih terus bergejolak dan semakin memanas, semakin mendorong dolar menguat

"Jadi sekarang ini pergerakan rupiah dollar ini sangat bergantung pada ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga acuan Bank Sentral AS dengan mengacu pada rilis data inflasi AS. Apalagi kalau konflik Timur Tengah yang sekarang ini bisa mendorong inflasi global naik, dollar bisa tambah kuat," imbuhnya.

(kil/kil)

Hide Ads