David menyebut dalam Laporan Keuangan Tahunan tahun 2023 (LKT 2023) tersaji laporan keuangan konsolidasi seluruh anak perusahaan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP).
"Kimia Farma dan seluruh anak usahanya diaudit oleh KAP secara independen. Kami menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh pemegang saham dan stakeholder atas keterlambatan penyampaian laporan keuangan audited tahun 2023," kata David dalam keterangan tertulis, Minggu (2/6/2024).
Di samping itu, manajemen KAEF menemukan dugaan pelanggaran integritas penyediaan data laporan keuangan yang terjadi di anak usaha yaitu KFA pada periode tahun 2021-2022. Seiring dengan Kementerian BUMN dan PT Bio Farma (Persero) yang merupakan Holding BUMN Farmasi, KAEF berjalan bersama pemegang saham untuk menjalankan 'bersih-bersih' di KFA.
"Saat ini Manajemen KAEF tengah menelusuri lebih lanjut atas dugaan tersebut melalui audit investigasi yang dilakukan oleh pihak independen. Adanya faktor-faktor di atas mengakibatkan kerugian KAEF secara konsolidasi pada tahun 2023 mencapai Rp1,82 triliun," imbuhnya.
Meski begitu, David menjelaskan PT Kimia Farma berhasil membukukan pertumbuhan penjualan positif sepanjang tahun 2023. Perseroan mampu meningkatkan penjualan menjadi Rp 9,96 triliun, naik 7,93% dibandingkan dengan tahun 2022 sebesar Rp9,23 triliun.
Pertumbuhan penjualan KAEF meningkat lebih tinggi di tengah kondisi pasar farmasi nasional yang tertekan pada tahun 2023. Hal ini dikarenakan pada tahun 2023, KAEF fokus melakukan pembenahan internal secara berkelanjutan melalui operational excellence dan reorientasi bisnis.
Lebih lanjut, ada beberapa kondisi yang turut memberikan pengaruh pada penurunan laba KAEF, yaitu inefisiensi operasional dan tingginya nilai Harga Pokok Penjualan (HPP). Salah satu penyebab inefisiensi operasional karena kapasitas 10 pabrik yang dimiliki tidak sejalan dengan pemenuhan kebutuhan bisnis perusahaan. Sebagai langkah untuk meningkatkan efisiensi, Perseroan merencanakan akan melakukan optimalisasi fasilitas produksi melalui penataan 10 pabrik menjadi 5 pabrik.
Harga Pokok Penjualan (HPP) tahun 2023 sebesar Rp 6,86 triliun, naik 25,83% secara tahunan (yoy). Kenaikan HPP sebesar 25,83% masih lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan penjualan yang hanya sebesar 7,93%. Kenaikan HPP berasal dari belum optimalnya portofolio produk sesuai dengan perencanaan awal, dinamika harga bahan baku, dan tren obat untuk kebutuhan terapi yang berbeda dengan sebelumnya sehingga penjualan menjadi kurang tercapai.
"Dari sisi beban usaha tahun 2023 meningkat hingga 35,53% secara tahunan menjadi Rp 4,66 triliun dibandingkan dengan tahun 2022 sebesar Rp3,44 triliun. Kenaikan beban usaha terjadi secara dominan pada anak usaha yaitu PT Kimia Farma Apotek (KFA), di mana kondisi ini tidak terjadi pada tahun-tahun sebelumnya," jelasnya.
Beban keuangan tahun 2023 naik 18,49% secara yoy menjadi Rp 622,82 miliar seiring dengan kebutuhan modal kerja perusahaan dan adanya kenaikan suku bunga. Ke depannya, pihaknya akan menjalankan restrukturisasi keuangan guna meringankan beban keuangan.
Dia menegaskan pihaknya terus melakukan pembenahan. Kimia Farma Group sebagai perusahaan healthcare yang terintegrasi dari hulu hingga hilir melaksanakan reorientasi bisnis pada seluruh anak usahanya. Reorientasi bisnis yang dijalankan meliputi penataan fasilitas produksi, penataan portofolio produk (segmen etikal, OGB & OTC), optimalisasi channel penjualan, cost leadership (strategi kepemimpinan biaya), dan transformasi Sumber Daya Manusia (SDM).
Ke depannya akan dilakukan langkah-langkah perbaikan kualitas persediaan dan cashflow management di KFA. David optimistis upaya pembenahan internal ini akan memberikan dampak positif terhadap kinerja dan fundamental bisnis Perseroan pada tahun yang akan datang.
"Kami menyadari tantangan yang kami hadapi, kami melihat pembenahan yang dijalankan merupakan upaya untuk melakukan perbaikan dan pertumbuhan. Kami optimistis melalui bersih-bersih di tahun 2023 akan memberikan fundamental yang baik untuk kinerja Kimia Farma ke depan. Strategi pertumbuhan berkelanjutan dijalankan melalui tiga fase meliputi fase pertama yaitu operational excellence untuk meraih profitabilitas, fase ke-dua yaitu penguatan finansial untuk membuka potensi emas yang dimiliki KAEF, dan fase ketiga menjadi ekosistem healthcare Indonesia melalui strategi digital," jelas dia.
(kil/kil)