Tren nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan. Dolar AS bahkan sempat menekuk rupiah hingga ke level Rp 16.400. Pemerintah diminta untuk mewaspadai tingginya pergerakan dolar AS.
Berdasarkan data Investing menunjukkan perkembangan kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika merupakan salah satu yang terburuk dibandingkan dengan mata uang beberapa negara lainnya sejak awal tahun hingga sekarang, year-to-date (YTD) per tanggal 17/6/2024.
Kurs Dollar Amerika terhadap Dong Vietnam +3,88%, Ringgit Malaysia +2,68%, Dollar Singapore +2,57%, Baht Thailand +6,88%. Sementara Rupiah Indonesia +6,58%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau kita lihat pergerakan dari tahun 2012 berbanding tahun 2024 di exchangerates.org, pada Dollar Singapura pergerakannya dari 1,25 Dollar Singapura menjadi 1,325 Dollar Singapura, Brunei Darussalam dari 1,24 Dollar Brunei menjadi 1,35 Dollar Brunei atau 8%, Thailand dari 31,074 Baht menjadi 36,67 Baht atau 18%, Vietnam dari 20.857 Dong menjadi 25.942 Dong atau 22%, Filipina dari 42,2 Peso menjadi 58,70 Peso atau 39%" kata pengamat kebijakan publik Bambang Haryo Soekartono (BHS), Selasa (18/6/2024).
"Malaysia, mengalami pergerakan cukup tinggi, yaitu dari 3,08 Ringgit menjadi 4,69 Ringgit atau 52%. Bandingkan dengan Indonesia yang mengalami pergerakan dari Rp9.670 menjadi 16.466 atau 70,28%" sambungnya.
Ia mengingatkan pergerakan kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika yang terus merangsek ke angka Rp17 ribu atau lebih buruk lagi ke Rp20 ribu ini berpotensi mempengaruhi kondisi makro dan mikro ekonomi Indonesia.
"Malaysia itu sudah mengambil langkah untuk merespon pergerakan kurs-nya, dengan cara membuka sebesar-besarnya pintu investasi pada industri, kepada negara China, Amerika maupun Eropa, karena Malaysia dilewati oleh kapal-kapal dari seluruh dunia. Kalau Indonesia ini susah mau melakukan langkah yang sama karena investasi dan biaya produksi di sini itu lebih mahal dibandingkan Malaysia," paparnya lagi.
Menyikapi kondisi ini, BHS mengimbau pemerintah untuk bisa belajar dari kebijakan ekonomi di zaman Presiden BJ Habibie.
"Langkah BJ Habibie saat itu yang bisa ditiru adalah kebijakan fiskal untuk menghentikan sejumlah proyek infrastruktur dan mengurangi bahkan meniadakan perjalanan presiden yang kemudian diikuti pejabat dari pusat hingga daerah, untuk sementara. Tujuannya untuk menjaga anggaran negara," ungkapnya.
BJ Habibie juga menolak usulan IMF untuk menaikkan harga BBM dan harga listrik, demi menghindari economic multiplier effect kepada pelaku usaha industri dan terutama UMKM.
"Kalau harga energi naik, yang paling banyak terkena dampaknya itu pastinya UMKM. Sementara UMKM itu adalah penyangga ekonomi kita yaitu 65 persen dan juga menyerap banyak tenaga kerja, yaitu 97 persen dari total lapangan kerja. Sehingga, dengan mempertahankan UMKM itu sama artinya menjaga daya beli masyarakat, yang artinya akan menjaga perputaran ekonomi," ungkapnya lagi.