Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah semakin menggelora. Data RTI mencatat, sejak awal tahun rupiah terhadap dolar AS sudah terdepresiasi 6,7% atau bergerak di rentang 15.394-16.486. Bahkan dalam 5 tahun, apresiasi dolar terhadap rupiah mencapai 16% lebih.
Penguatan dolar AS semakin menjadi-jadi sejak The Fed menaikkan suku bunga AS secara agresif sepanjang 2022 hingga pertengahan 2023. Tak tanggung-tanggung, The Fed mengerek bunga acuannya dari 0,25% ke level 5,5% dalam waktu setahun.
Suku bunga yang semakin tinggi mendongkrak penguatan dolar AS. Suku bunga yang tinggi pun menarik lebih banyak investor asing ke pasar utang negara tersebut. Kekhawatiran timbul rupiah bisa semakin terpuruk hingga kembali 'bernostalgia' ke level Rp 17.000 yang pernah terjadi saat krisis moneter 1998 lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sampai mana rupiah bisa bertahan dari ganasnya dolar AS? Ada spekulasi, dolar AS yang saat ini diuntungkan tensi geopolitik yang cukup kencang bisa menekan rupiah hingga ke level Rp 17.000, benarkah?
Dengarkan diskusinya bersama Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam episode terbaru podcast Tolak Miskin 'Menolak Nostalgia Dolar AS Balik ke Rp 17.000'. Klik widget di bawah ini untuk mendengarkan atau temukan podcast Tolak Miskin di Spotify dan kanal siniar lainnya.