Bank Indonesia (BI) menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah berdasarkan kondisi perekonomian global dan domestik terkini. Pada akhir Kamis (4/7), rupiah ditutup pada level (bid) Rp 16.325 per dolar AS.
Pada waktu yang sama, Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun naik ke 7,071%, DXY[1] melemah ke level 105,13, Yield UST (US Treasury) Note[2] 10 tahun turun ke level 4,359%.
Keesokan harinya yakni pada Jumat (5/7), Rupiah dibuka pada level (bid) Rp 16.315 per dolar AS. Secara bersamaan Yield SBN 10 tahun turun ke 7,06%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, nonresiden tercatat jual neto Rp 32,58 triliun di pasar SBN dan jual neto Rp 9,06 triliun di pasar saham sampai 4 Juli 2024. Di sisi lain, tercatat ada beli neto Rp 139,79 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Berdasarkan data transaksi 1-4 Juli 2024, nonresiden tercatat beli neto Rp 8,34 triliun, terdiri dari jual neto Rp 1,89 triliun di pasar SBN, beli neto Rp 2,08 triliun di saham, dan beli neto Rp 8,15 triliun di pasar SRBI.
"Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia," tulis keterangan resmi BI, Jumat (14/6/2024).
Premi CDS Indonesia 5 tahun per 13 Juni 2024 sebesar 73,58 bps, turun dibandingkan 28 Juni 2024 sebesar 77,05 bps.
(ily/hns)