Direktur Utama PT Wijaya Karya (Persero) atau WIKA Agung Budi Waskito, mengungkap perusahaan mengalami kerugian besar pada 2023. Salah satu penyebabnya ada proyek Kereta Cepat.
Dalam agenda Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR, Agung membeberkan penyebab besar kerugian perseroan adalah PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI). PSBI adalah konsorsium berisi beberapa BUMN yang terlibat dalam proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, sekarang Whoosh.
Mengutip dari situs KCIC, konsorsium tersebut terdiri dari PT Kereta Api Indonesia (Persero) 51,37%, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk 39,12%, PT Perkebunan Nusantara I 1,21%, dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk 8,30%. Pada 16 Oktober 2015 PSBI dan konsorsium perusahaan perkeretaapian Tiongkok, melalui Beijing Yawan HSR Co. Ltd membentuk perusahaan patungan yang dinamakan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain PSBI, faktor tingginya beban bunga juga menjadi pemicu kerugian.
"Kita itu memang yang paling besar karena dalam penyelesaian Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Pak, yang memang dari penyertaan saja kita sudah Rp 6,1 triliun, kemudian yang masih dispute atau kita belum dibayar sekitar Rp 5,5 triliun, pak. Sehingga hampir Rp 12 triliun," ujar Agung Budi di DPR, Senin (8/7/2024).
Agung kemudian menjelaskan guna menyiasati hal itu, perseroan mau tidak mau harus melakukan pinjaman melalui obligasi yang menimbulkan beban keuangan Rp 11 triliun. Selain itu, performa keuangan WIKA juga harus turun karena memberikan Surat Hibah Lahan (SHL) dalam periode 2019 sampai 2022.
"Sehingga memang dengan pinjaman yang cukup besar ini di dalam laporan tadi ada dua komponen. Yang pertama adalah beban bunga yang memang cukup tinggi. Yang kedua adalah beban lain-lain di antaranya mulai tahun 2022 itu kita juga sudah mulai mencatat adanya kerugian dari PSBI atau Kereta Cepat yang tiap tahun juga cukup besar, pak. Jadi kira-kira gitu, pak," jelasnya.
Di sisi lain, Agung menjelaskan WIKA mempunyai saham mayoritas di PSBI yang merupakan anak usaha PT Kereta Api Indonesia (KAI). PBSI sendiri memegang 60% saham dari Kereta Cepat Jakarta-Bandung alias Whoosh.
"Kita, jadi kereta cepat itu 60% dimiliki PSBI atau Indonesia, 40 persen China, yang 60 persen itu kita 38 persen, pak. Jadi kalau dulu di Perpres kita sebagai leader, tapi sekarang leadernya di KAI, Pak. Tapi kemungkinan kami masih 38 persen. Mungkin secara garis besar, demikian Pak Haris, sisanya tertulis," pungkasnya..
(hns/hns)