IHSG Dibuka di Zona Hijau

IHSG Dibuka di Zona Hijau

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Rabu, 31 Jul 2024 09:10 WIB
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali pekan ini dengan begitu cerah. IHSG dibuka dengan kokoh di zona hijau.
Ilustrasi IHSG - Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Indeks harga saham gabungan (IHSG) hari ini berada di zona hijau. Pada pembukaan dikutip dari data RTI IHSG berada pada posisi 7.241 dengan level tertinggi 7.262 dan level terendah 7.249.

Volume transaksi tercatat 733.725 juta dan turnover Rp 263,7 miliar dengan frekuensi 18.182 ribu kali.

Ada 171 saham yang mengalami penguatan dan 86 saham yang melemah dan 224 saham yang stagnan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hingga 5 menit setelah pembukaan, IHSG terus mengalami penguatan. Volume transaksi terus mengalami pergerakan ke posisi 1,14 miliar dan turnover Rp 530,9 miliar kemudian frekuensi 52.077 kali.

Untuk bursa Asia mayoritas tercatat mengalami penguatan. Namun untuk Nikkei 225 Index tercatat 38.214 minus 0,81%. Kemudian Hang Seng Index tercatat 17.118 menguat 0,68%.

ADVERTISEMENT

Selanjutnya Shang Hai Composite Index tercatat 2.898 tercatat menguat 0,67%. Selanjutnya Straits Times Index tercatat 3.446 menguat 0,15%.

Kemudian indeks Indonesia LQ45 tercatat 913.737 menguat 0,33%.

Berdasarkan Ajaib Market Research pada perdagangan Selasa, (30/7/2024), IHSG ditutup turun -0,65% atau -47,03 poin di level 7.241. IHSG hari ini (31/7/2024) diprediksi melemah terbatas dalam range 7.200-7.270.

Adapun sentimen yang mempengaruhi pergerakan IHSG hari ini antara lain, dari dalam negeri, IHSG terkoreksi akibat aksi profit taking pelaku pasar di saham Big Caps. Penurunan saham TLKM yang membuat IHSG terkoreksi dalam akibat laba pada 2Q24 mengalami penurunan baik secara tahunan maupun kuartalan.

Sejalan dengan turunnya IHSG, investor asing catatkan jual bersih di seluruh pasar ekuitas senilai Rp883,77 miliar. Selain itu, nilai tukar rupiah juga kembali terdepresiasi. Kurs rupiah Jisdor naik ke level Rp 16.320 per dolar AS (30/7/24).

Depresiasi nilai tukar rupiah dan iklim suku bunga tinggi menjadi katalis negatif bagi emiten di sektor telekomunikasi, perbankan, infrastruktur, properti dan teknologi. Kekhawatiran tersebut masih terjadi meskipun pelaku pasar optimis The Fed akan turunkan suku bunga mulai FOMC September mendatang.

(kil/kil)

Hide Ads