Korea Selatan secara mengejutkan mengumumkan darurat militer pada Selasa malam. Kondisi ini langsung menyebabkan anjloknya nilai tukar won dan memberi dampak positif terhadap safe-haven Amerika Serikat (AS).
Meskipun, status darurat militer tersebut sudah dicabut dan membuat kegelisahan terhadap gejolak geopolitik dunia sedikit mereda. Hal tersebut juga memberikan sedikit sentimen positif terhadap saham-saham AS.
"Perkembangan ini, ditambah dengan perkembangan di Perancis dan hasil pemilihan presiden AS, semuanya menciptakan ketidakpastian karena investor memikirkan bagaimana memposisikan diri mereka untuk memasuki tahun 2025," kata Greg Bassuk, CEO AXS Investments di New York, dilansir dari Reuters, Rabu (4/12/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Won Korea Selatan telah jatuh ke level terendah dalam dua tahun terhadap dolar setelah Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengumumkan darurat militer. Adapun darurat militer kemudian dicabut usai ada tuntutan dari pihak parlemen.
Dalam pidato di televisi kepada rakyat, Yoon pada Selasa (3/12) malam mengumumkan bahwa ia akan memberlakukan darurat militer, menuduh oposisi melumpuhkan pemerintah dengan "kegiatan anti-negara".
Namun, 190 anggota parlemen berhasil masuk ke majelis pada Rabu (4/12) dini hari, di mana mereka dengan suara bulat memilih untuk menolak deklarasi darurat militer dan menyerukan pencabutannya.
Berdasarkan konstitusi, darurat militer harus dicabut jika mayoritas di parlemen menuntutnya. Yoon memberikan berbagai alasan untuk membenarkan pengumumannya--deklarasi darurat militer pertama Korea Selatan dalam lebih dari 40 tahun.
"Untuk melindungi Korea Selatan yang liberal dari ancaman yang ditimbulkan oleh pasukan komunis Korea Utara dan untuk melenyapkan elemen-elemen anti-negara yang merampas kebebasan dan kebahagiaan rakyat, dengan ini saya nyatakan darurat militer," kata Yoon dalam pidatonya.
(ily/rir)