Mengintip Kinerja Pasar Modal RI di Akhir 2024

Mengintip Kinerja Pasar Modal RI di Akhir 2024

Andi Hidayat - detikFinance
Selasa, 31 Des 2024 07:30 WIB
Penutupan IHSG akhir tahun 2024
Penutupan IHSG akhir tahun - Foto: detikcom/Andi Hidayat
Jakarta -

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada penutupan perdagangan tahun 2024 ke level 7.079 pada hari ini. Berdasarkan pantauan detikcom pada panel perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (30/12/2024) pukul 16.04, IHSG menguat 43.33 atau 0,62%.

Adapun IHSG hari ini sempat menyentuh titik tertinggi di level 7.079 dengan titik terendah di angka 6.993. Dalam catatan RTI Business, kapitalisasi pasar pada IHSG hari ini tercatat sebanyak Rp 12.367.427 triliun.

Adapun volume transaksi tercatat sebanyak 23.254 miliar saham, turnover Rp 11.432 triliun, dengan frekuensi transaksi 998,396 kali. Sebanyak 338 saham mengalami penguatan, 251 saham melemah, sementara 210 saham stagnan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pergerakan IHSG yang dinamis kendati sempat menyentuh titik terendah. Dalam catatan OJK, IHSG sempat menyentuh level terendah 7.036,57 pada tanggal 27 Desember 2024 atau turun 3,25% jika dibandingkan periode tahun lalu di angka 7.272 pada 29 Desember 2023.

Untuk kapitalisasi pasar tercatat meningkat 5,05%. Dalam catatan OJK, kapitalisasi pasar saham pada 27 Desember 2024 sebesar Rp 12.264 triliun dari Rp 11.674 triliun pada 29 Desember 2023.

ADVERTISEMENT

Peningkatan juga terjadi pada Indonesia Composite Bond Index (ICBI) sebesar 4,74%. OJK mencatat ICBI pada 27 Desember 2024 di level 392,36 dari 374,61 di 29 Desember 2023.

Akan tetapi, IHSG juga tercatat sempat menyentuh angka tertinggi atau all time high di level 7.905 pada tanggal 19 September 2024. Deputi Komisioner Pengawas Pengelolaan Investasi Pasar Modal dan Lembaga Efek OJK, Aditya Jayaantara menyebut, IHSG tahun ini cenderung bergerak dinamis.

"Indeks bergerak cukup dinamis meskipun sempat sentuh titik rendah, namun juga berhasil mencapai all time high sepanjang tahun 2024," kata Aditya dalam Konferensi Pers Peresmian Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2024, di Kantor Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (30/12/2024).

Kinerja IXCarbon

Aditya juga menuturkan, menuturkan, volume transaksi IDXCarbon atau Bursa Karbon hingga 27 Desember 2024 tercatat sebanyak 908.018 ton CO2e. Adapun total frekuensi transaksi sebanyak 152 kali dengan total nilai Rp 50,64 miliar. Selain itu, OJK juga mencatat pengguna jasa sebanyak 100 perusahaan dengan total unit karbon sebanyak 1.349.894 ton CO2e.

"Kita memiliki kondisi yang cukup kondusif dalam angka perdagangan karbon ini," jelasnya.

Ia menuturkan, masih ada unit karbon yang dapat diperdagangkan sebesar 1,349,894. Sementara yang telah diperdagangkan sebanyak 427,247.

Adapun tercatat sebanyak 3 proyek pemilik sertifikat pengurangan emisi gas rumah kaca (SPE-GRK), yakni proyek Lahendong Unit 5 & Unit 6 PT Pertamina Geothermal Energy Tbk; pembangunan Pembangkit Listrik Baru Berbahan Bakar Gas Bumi PLTGU Blok 3 PJB Muara Karang; dan Pembangkit Listrik Tenaga Air Minihidro (PLTM) Gunung Wugul.

"Di sini menunjukkan bahwa cukup positif responnya dengan inisiatif dan upaya menghubung transisi menuju ekonomi rendah karbon," tutupnya.

Capaian dan Target IPO

Sementara itu, BEI juga mencatat sebanyak 41 emiten yang baru melakukan pencatatan saham atau IPO per 30 Desember 2024. Adapun angka tersebut jauh dari target IPO yang dicanangkan sebanyak 62 emiten di tahun 2024.

Adapun jika ditinjau dari tren lima tahun terakhir, capaian IPO tahun ini merupakan yang terendah. Adapun rinciannya, 2020 sebanyak 51 saham, 2021 sebanyak 54 saham, 2022 sebanyak 59 saham, 2023 sebanyak 79 saham, dan 2024 sebanyak 41 saham.

Direktur Utama BEI, Iman Rachman, tak menampik capaian IPO yang dilakukan pihaknya tahun ini. Meski begitu, ia menyebut ada sebanyak 21 perusahaan yang antre atau pipeline untuk mencatatkan saham perdananya atau IPO.

"Kalau kita bicara pencatatan saham baru ini untuk IPO, tahun ini memang agak menurun dibandingkan tahun lalu. Namun di pipeline masih ada 21 calon perusahaan tercatat dengan dana yang diperoleh atau fundraise Rp 14,3 triliun," kata Iman dalam Konferensi Pers Peresmian Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2024, di Kantor Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (30/12/2024).

Meski begitu, Iman menuturkan bahwa Rp 14,3 triliun merupakan transaksi IPO. Dalam beberapa kejadian, katanya, ada beberapa saham di awal transaksi penawaran umum menyentuh Rp 40 triliun.

"Ini hanya dari sisi pencatatan saham baru kalau kita ketahui bahwa dalam transaksi IPO, Adaro contohnya, ada transaksi penawaran umum dengan saham sebesar hampir Rp 40 triliun," jelasnya.

BEI juga menargetkan jumlah IPO sebanyak 66 perusahaan di tahun 2025. Iman menuturkan, selain menargetkan jumlah IPO, pihaknya juga menargetkan pertumbuhan jumlah investor pasar modal sebanyak 22 juta tahun 2025.

"Targetnya adalah 66 IPO baru dengan target jumlah investor baru 2 juta investor baru," kata Iman.

Berdasarkan catatan OJK, jumlah investor pasar modal Indonesia di tahun 2024 meningkat 21,77%, di mana jumlah investor pasar modal Indonesia per tanggal 24 Desember 2024 sebanyak 14,817 juta dari 12,168 juta orang di tahun 2023.

Adapun data Single Investor Identification (SID) bukan merupakan penjumlahan dari masing-masing SID di C-BEST, S-INVEST (Reksa Dana dan produk investasi lainnya), Surat Berharga Negara, dan tidak termasuk Tapera.

Setiap investor hanya memiliki satu SID untuk beragam instrumen investasi di Pasar Modal yang mencakup saham, obligasi korporasi, SBN, reksa dana. Menariknya, jumlah investor pasar modal di Indonesia didominasi usia 30 tahun ke bawah dengan persentase 54,92%. Adapun total aset dari investor di rentang usia ini mencapai Rp 53,83 triliun.

Selain itu, ada investor pasar modal di rentang usia 31 hingga 40 tahun dengan persentase 24,41% dan nilai aset Rp 272,60 triliun. Sedangkan investor di rentang usia 41 hingga 50 sebanyak 12% dengan nilai aset Rp 198,10 triliun.

Sementara itu, tercatat pula investor pasar modal di rentang usia 51 hingga 60 tahun sebanyak 5,71% dengan nilai aset Rp 288,33 triliun. Terakhir, investor berusia 60 tahun ke atas 2,96% dengan nilai aset Rp 865,48 triliun.

Sementara jika ditinjau dari data sebaran, Pulau Jawa masih mendomininasi dengan jumlah 69,09% dengan nilai aset Rp 4.684 triliun, Sumatera 15,60% dengan nilai aset Rp 108,74 triliun.

Selain itu, Sulawesi 5,44% dengan nilai aset Rp 17,85 triliun, Bali-NTB-NTT 3,69% dengan nilai aset Rp 23,06 triliun, dan Maluku-Papua 1,27% dengan nilai aset Rp 6,22 triliun.

Simak juga Video 'Menebak Arah IHSG Jelang Potensi Resesi':

[Gambas:Video 20detik]



(kil/kil)

Hide Ads