Bank Indonesia (BI) menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai rupiah berdasarkan kondisi perekonomian global dan domestik terkini. Pada akhir hari Kamis (16/1/2025), rupiah ditutup pada level (bid) Rp 16.355 per dolar Amerika Serikat (AS).
Pada waktu yang sama, Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun naik ke 7,17%, DXY[1] melemah ke level 108,96, dan Yield UST (US Treasury Note) 10 tahun turun ke level 4,244%.
Keesokan harinya yakni pada Jumat (17/1/2025), Rupiah dibuka pada level (bid) Rp 16.280 per dolar AS. Secara bersamaan Yield SBN 10 tahun turun ke 7,13%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pergerakan Rupiah cenderung melemah terhadap dolar AS dalam seminggu terakhir. Kondisi ini membuat pada Minggu ke-3 Januari atau rentang 13-16 Januari 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp 9,57 triliun.
Hal tersebut terdiri dari beli neto Rp 0,01 triliun di pasar saham, jual neto Rp 4,17 triliun di pasar SBN, dan jual neto Rp 5,41 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Sedangkan untuk periode sepanjang tahun 2025, berdasarkan data setelmen sampai 16 Januari 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp 2,63 triliun di pasar saham, jual neto Rp 0,59 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp 5,84 triliun di SRBI.
Sementara itu, premi CDS Indonesia 5 tahun per 16 Januari 2025 sebesar 75,06 bps, turun dibanding dengan 10 Januari 2025 sebesar 79,88 bps.
"Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia," kata BI dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu (18/1/2025).
Simak juga Video: Peran Strategis Bank Indonesia dalam Melindungi Konsumen di Era Digital