Trump Tarik AS dari Perjanjian Paris, Emiten EBT Ini Tak Gentar

Trump Tarik AS dari Perjanjian Paris, Emiten EBT Ini Tak Gentar

Andi Hidayat - detikFinance
Jumat, 24 Jan 2025 12:55 WIB
Woman looking stock market Data on smart phone
Foto: Getty Images/iStockphoto/Orientfootage
Jakarta -

Usai dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump menandatangani perintah untuk menarik negaranya dari perjanjian iklim Paris. Perjanjian iklim Paris merupakan upaya dunia untuk memerangi pemanasan global.

Namun begitu, langkah yang diambil Trump tidak akan berdampak besar pada pengembangan energi baru terbarukan (EBT), khususnya di Indonesia. Pasalnya, pemerintah Indonesia telah meneguhkan komitmennya dalam menekan emisi karbon.

Optimisme itu juga dipercaya emiten berbasis EBT yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Direktur Utama PT Hero Global Investment Tbk (HGII), Robin Sunyoto menilai, visi Presiden Prabowo Subianto untuk mencapai swasembada energi tidak akan terpengaruh oleh keputusan Trump.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Menurut saya sih sesuai dengan arahan pak Prabowo, yaitu adalah swasembada energi. Swasembada energi itu menurut saya tidak terpengaruh dengan kebijakan dari pemerintah luar negeri," kata Robin kepada wartawan di Shangri-La Hotel, Jakarta, Jum'at (24/1/2025).

Ia mengatakan, EBT yang diakselerasi HGII akan mendorong pencapaian swasembada energi yang dicanangkan pemerintah. Ia mengatakan, pembangkit EBT secara spesifik tidak akan terpengaruh oleh kinerja ekspor maupun impor.

ADVERTISEMENT

Karenanya, kebijakan luar negeri seperti yang dikhawatirkan tentang kepemimpinan Trump, tidak akan mempengaruhi pengembangan pembangkit berbasis EBT di Indonesia. Apalagi, kata Robin, Indonesia telah menetapkan target net zero emission (NZE) pada tahun 2060.

"Air sungai nggak bisa kita ekspor. Kalau batu bara bisa kita ekspor, batu bara perlu kita impor. Jadi menurut saya tidak akan ada pengaruhnya ke Indonesia. Indonesia akan tetap melanjutkan net zero emission pada tahun 2060," jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, General Manager International Business and Cooperation Department Shikoku Electric Power Company Incorporated (Yonden), Kazuichi Ikeda tak menampik kepemimpinan Trump menimbulkan kekhawatiran bagi industri EBT di Jepang. Meski begitu, ia meyakini komitmen dunia terhadap penurunan emisi tidak akan terganggu.

"Energi terbarukan atau gagasan tentang emisi karbon dan dekarbonisasi tidak akan berubah. Karena itu adalah masalah bagi manusia. Dan perusahaan kami juga memiliki target untuk dekarbonisasi," jelasnya.

Ia mengatakan, pemerintah Indonesia juga telah menetapkan target untuk menekan emisi karbon dengan terus melakukan pengembangan EBT. Ikeda mengatakan, komitmen menurunkan emisi karbon tidak boleh terpengaruh oleh keputusan Trump.

"Saya tidak tahu, di Amerika Serikat mungkin akan ada dampaknya (kebijakan Trump). Tapi kita tidak boleh terpengaruh oleh mereka. Kami mencoba menetapkan target tetap untuk dekarbonisasi," tutupnya.

Untuk diketahui, Yonden melalui anak perusahaannya, SEP International Netherlands B.V. (SEPI) resmi mengakuisisi 25% atau setara 1.625.000.000 lembar saham dengan nilai transaksi Rp 325 miliar.

Adapun sinergi Yonden dengan HGII bagian dari transfer ilmu, di mana perusahaan pembangkit asal Jepang itu memiliki kapasitas sebesar 1.000 MW. Sementara HGII sendiri saat ini memiliki kapasitas sebesar 19MW. Melalui aksi korporasi ini, HGII diharapkan mampu memperluas portofolio energi terbarukan hingga 100 MW pada tahun 2031.

(rrd/rrd)

Hide Ads