DPR Soroti Pelemahan Rupiah, Sudah Lampaui Asumsi APBN 2025

Outlook Ekonomi DPR

DPR Soroti Pelemahan Rupiah, Sudah Lampaui Asumsi APBN 2025

Andi Hidayat - detikFinance
Rabu, 05 Feb 2025 14:57 WIB
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Adies Kadir
Foto: Detikcom
Jakarta -

Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Adies Kadir mengungkap, rupiah terus melanjutkan tren pelemahan yang melampaui asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 sebesar Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS).

Mulanya, ia menyebut sepanjang tahun 2024 rupiah terdepresiasi 4,16%. Sementara itu, ia menyebut rupiah juga mengalami pelemahan sepanjang awal tahun 2025. Dalam catatannya, Adies mengatakan pelemahan rupiah berada di level Rp 16.435 per dolar AS di tanggal 4 Januari 2025.

"Lalu beberapa hari terakhir, pelemahan berlanjut hingga menyentuh kisaran Rp 16.435 per US dolar Amerika Serikat pada 4 Januari yang lalu atau sudah di atas asumsi APBN sebesar Rp 16.000," kata Adies dalam acara Outlook Ekonomi DPR dipersembahkan oleh Komisi XI DPR RI bersama detikcom dan didukung oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Pertamina (Persero), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Jakarta, Rabu (5/2/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk memitigasi tren pelemahan rupiah, Adies menilai perlu adanya sinergitas otoritas fiskal, moneter, dan sektor keuangan serta stakeholder lainnya. Melalui sinergitas itu, diharapkan ada solusi yang konkret memitigasi tren pelemahan rupiah.

"Sekaligus kebijakan yang dapat mengambil manfaat terjadinya pelemahan nilai tukar, misalnya peningkatan ekspor, masuknya investasi langsung, aliran modal masuk, ataupun masuknya devisa dari misalnya sektor pariwisata atau ekonomi kreatif," tegasnya.

ADVERTISEMENT

Adapun lemahnya nilai tukar rupiah menjadi tantangan yang sebelumnya terlah diprediksi dan diantisipasi menyusul kebijakan kontroversi Presiden anyar Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Ia mengatakan, kebijakan moneter Trump dan the Fed yang memperlambat pemangkasan suku bunga berdampak langsung pada nilai tukar rupiah.

Dalam kondisi tersebut, AS dipercaya hendak memperkuat mata uang dolar di dunia yang membebani mata uang berbagai negara lainnya. Hal itu pun terwujud melalui Federal Open Market Committee (FOMC), di mana the Fed menahan suku bunganya.

"Kenyataan pertama, tanggal 30 Januari lalu Bank Sentral Amerika Serikat tetap menahan tingkat suku bunga Bank Sentral di kisaran 4,25% sampai 4,5% dengan pertimbangan antara lain, inflasi yang kembali merambat menjadi 2,9% pada Desember 2024 yang lalu," tutupnya.

(rrd/rrd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads