- Jejak Nilai Tukar Mata Uang Rupiah ke Dolar Masa ke Masa 1. Masa Pemerintahan Soekarno 2. Dinamika Kurs di Pemerintahan Soeharto 3. Menguatnya Rupiah di Masa Habibie 4. Naik Turun Kurs Rupiah di Era Gus Dur-Mega 5. Rupiah di Masa SBY 6. Rupiah Terus Naik di Era Jokowi 7. Kurs Rupiah Masih Tinggi Hingga Kini
- Dapatkah Rupiah ke Dolar Kembali Serendah di Zaman Habibie?
Nilai tukar mata uang rupiah (IDR) hari ini senilai Rp 16.320 per 1 dolar Amerika Serikat (USD). Pada awal bulan Februari lalu, warganet sempat geger saat berselancar di Google tercatat mencapai level Rp 8.170,65. Namun, apa yang terlihat di laman pencarian Google tersebut tak benar-benar terjadi, sebab terdapat kesalahan pada data konversi tersebut.
Bicara soal nilai tukar rupiah, fluktuasi dari masa ke masa telah mempengaruhi perekonomian nasional. Salah satu periode yang kerap dibandingkan adalah era kepemimpinan Presiden BJ Habibie pada akhir 1990-an, ketika rupiah sempat anjlok ke level terendah sejak melonjaknya rupiah saat krisis moneter 1998.
Seiring berjalannya waktu, meskipun nilai tukar rupiah mengalami berbagai kenaikan dan penurunan, banyak yang berandai-andai. Mungkinkah rupiah kembali turun hingga menyentuh level serendah di era Habibie?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jejak Nilai Tukar Mata Uang Rupiah ke Dolar Masa ke Masa
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami fluktuasi seiring waktu, dengan setiap pemerintahan menghadapi tantangan ekonomi yang berbeda. Berikut jejak nilai tukar rupiah ke dolar sejak pemerintahan Presiden Soekarno ke Prabowo, dirangkum dari laman Satudata Kemendag, Kurs BI, dan Exchange Rates.
1. Masa Pemerintahan Soekarno
Jika melihat lebih jauh ke belakang, pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, nilai tukar rupiah berada di kisaran Rp 1 per dolar AS. Angka tersebut mencerminkan kondisi ekonomi Indonesia saat itu, yang masih belum mengenal sistem pasar bebas.
2. Dinamika Kurs di Pemerintahan Soeharto
Di masa pemerintahan Presiden Soeharto selama 31 tahun, nilai tukar rupiah mengalami berbagai dinamika. Sebelum krisis ekonomi melanda, nilai tukar dolar AS masih bertahan di kisaran Rp 2.000, dengan titik terendah Rp 1.977 per dolar pada tahun 1991.
Rupiah tetap stabil dalam rentang Rp 2.000-2.500 karena Indonesia belum menerapkan sistem kurs mengambang. Pemerintahan Orde Baru berupaya mempertahankan nilai tukar tersebut, meskipun tekanan ekonomi terus meningkat.
Namun, ketika krisis moneter (krismon) terjadi, rupiah mengalami pelemahan drastis. Pada pertengahan 1997, Indonesia mulai meninggalkan sistem kurs terkendali, yang akhirnya mengakibatkan depresiasi besar-besaran. Puncaknya terjadi pada Juni 1998, ketika dolar AS mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah di Rp 16.650.
Sekedar diketahui, dalam sejarahnya Indonesia menerapkan 3 sistem nilai tukar yang mempengaruhi pergerakan rupiah. Sebelum tahun 1978, Indonesia menerapkan sistem nilai tukar tetap.
Kemudian yang kedua pada periode 1978 - 1997 menggunakan sistem nilai tukar mengambang terkendali. Sejak Agustus 1997 hingga saat ini, Indonesia menerapkan sistem nilai tukar mengambang bebas.
Pasca perubahan di era Soeharto, rupiah mengalami tekanan hebat terutama akibat krisis moneter yang terjadi. Nilai tukar rupiah terus merosot hingga menyentuh rekor terlemah sepanjang sejarah Rp 16.800/US$ pada 17 Juni 1998.
3. Menguatnya Rupiah di Masa Habibie
Presiden Indonesia ke-3, BJ Habibie dikenal sebagai seorang insinyur yang berhasil membuat pesawat terbang dan diakui dunia. Tapi tak cuma itu, ia juga merupakan sosok yang berhasil membangkitkan Indonesia setelah terperosok dalam krisis moneter 1998.
Dalam aspek ekonomi, kepemimpinannya mencatat pencapaian signifikan, salah satunya adalah penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Pada awal masa pemerintahannya, rupiah sempat berada di kisaran Rp 10-15 ribu per dolar AS, namun berhasil menguat hingga Rp 6.500 menjelang akhir jabatannya.
Setelah runtuhnya Orde Baru dan memasuki era reformasi, kepercayaan investor mulai pulih secara bertahap, dan rupiah kembali menguat. Di era ini, rupiah berhasil ditekan dari belasan ribu hingga mencapai Rp 6.500 per dolar AS.
4. Naik Turun Kurs Rupiah di Era Gus Dur-Mega
Sementara itu, pada era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang cukup singkat, nilai tukar rupiah sempat melemah hingga menyentuh Rp 15.000 per dolar AS. Pemerintahan kemudian berganti ke Presiden Megawati Soekarnoputri.
Di bawah kepemimpinan Mega, rupiah berada dalam kisaran Rp 8.900-Rp 10.200 per dolar AS. Memasuki akhir masa pemerintahannya, nilai tukar relatif stabil di sekitar Rp 8.000 per dolar AS.
5. Rupiah di Masa SBY
Pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Indonesia menghadapi dampak krisis finansial global, yang dipicu oleh krisis subprime mortgage di AS pada 2007. Saat itu, nilai tukar rupiah berada di kisaran Rp 9.000-10.000 per dolar AS.
Setelah krisis mereda dan mata uang negara-negara Barat mulai pulih, rupiah justru mengalami pelemahan lebih lanjut. Sekitar tahun 2009, nilai tukar dolar AS bergerak di rentang Rp 11.800 hingga lebih dari Rp 12.000.
Pasca krisis, Mata Uang Garuda membaik bahkan sempat ke kisaran Rp 8.000/US$ pada tahun 2011, tetapi taper tantrum yang terjadi di 2013 membuat rupiah mengalami tren pelemahan hingga 2015 ketika rupiah mendekati Rp 15.000/US$.
6. Rupiah Terus Naik di Era Jokowi
Sejak saat itu, rupiah tidak pernah lagi ke bawah Rp 10.000/US$. Di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi), nilai tukar rupiah pernah melemah hingga mencapai Rp 14.710 per dolar AS, tepatnya pada 24 September 2015. Berdasarkan data RTI, pada hari tersebut dolar AS dibuka di level Rp 14.610, sempat menyentuh titik tertinggi Rp 14.855, dan mencapai level terendah Rp 14.710.
Malah, sekali lagi rupiah mengalami gejolak saat awal pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19) pada Maret 2020. Rupiah jeblok hingga nyaris memecahkan rekor terlemah sepanjang sejarah, yakni Rp 16.550.
7. Kurs Rupiah Masih Tinggi Hingga Kini
Pada 21 Oktober 2024, atau sehari setelah Presiden Prabowo Subianto dilantik, nilai rupiah tercatat melemah sebesar 0,19% menjadi Rp15.490 per dolar AS. Kala itu, pasar sepertinya menantikan langkah-langkah kebijakan ekonomi dari para menteri baru, khususnya yang berhubungan dengan reformasi ekonomi yang telah dijanjikan oleh Prabowo dalam pidato pertamanya.
Bulan berganti bulan, naik turun dialami mata uang rupiah, namun tren cenderung mengarah ke peningkatan nilai rupiah. Di pertengahan bulan Desember, nilai tukar rupiah ke dolar tembus angka Rp 16 ribu, sampai tertinggi pada 16 Januari 2025 senilai Rp 16.397.
Dapatkah Rupiah ke Dolar Kembali Serendah di Zaman Habibie?
Melihat tren rupiah ke dolar terkini, mungkinkah nilai dolar di bawah Rp 10 ribu seperti zaman Habibie, dapat terulang kembali? Menurut Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra kecil kemungkinan rupiah dapat kembali ke level seperti era Habibie. Ia menilai rupiah telah mencapai titik keseimbangan baru.
"Sepertinya sulit untuk turun sejauh itu. Rupiah sudah bergerak menuju normal baru," ujar Ariston kepada detikcom, belum lama ini.
Lebih lanjut, dijelaskan bahwa situasi saat zaman Habibie berbeda. Sebab, dolar sebelumnya berada di kisaran Rp 2.500, bukan di angka Rp 15 ribu seperti sekarang. Penguatan rupiah di era Habibie terjadi karena kepatuhannya terhadap rekomendasi IMF, yang berdampak pada meningkatnya kepercayaan investor dan masuknya likuiditas melalui pinjaman IMF.
Pendapat serupa disampaikan oleh Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual. Ia menekankan bahwa pergerakan rupiah saat ini tidak dapat disamakan dengan era Habibie. Pada masa tersebut, rupiah mengalami depresiasi dari Rp 2.500 ke Rp 16 ribu, yang berarti kehilangan sekitar 85% dari nilainya hanya dalam beberapa bulan. Sementara saat ini, potensi rupiah turun relatif kecil, hanya berkisar dari Rp 15.800 ke Rp 16.200 atau sekitar 2,5%.
"Tidak bisa disamakan rupiah di zaman Habibie dengan posisi rupiah sekarang. Pelemahan yang terjadi ketika itu dari posisi Rp 2.500 ke Rp 16.000. Rupiah kehilangan nilainya sekitar 85% dalam hitungan bulan. Saat ini Rp melemah dari Rp 15.800 ke Rp 16.200, melemah sekitar 2,5%," katanya.
"Sejauh ini rupiah masih jadi salah satu negara yang pelemahan mata uangnya lebih ringan dibanding misalnya yen (-15%), ringgit Malaysia (-8%), won Korea (8%), thai baht (5,8%) atau China yuan (4,7%)," sambung dia.
Nah, itulah tadi penjelasan bagaimana jejak nilai tukar rupiah ke dolar dari masa ke masa. Semoga menambah pengetahuanmu, ya!
(aau/fds)