Rapat di DPR, Bos Adhi Karya Ungkap Kendala Penerbitan Obligasi

Rapat di DPR, Bos Adhi Karya Ungkap Kendala Penerbitan Obligasi

Andi Hidayat - detikFinance
Rabu, 05 Mar 2025 13:46 WIB
PT Adhi Karya Departemen Light Rail Transit (LRT) melalui pabrik precast terus meningkatkan kapasistas produksi.
Foto: Rengga Sancaya
Jakarta -

Direktur Utama PT Adhi Karya Entus Asnawi Mukhson mengatakan, tingkat kepercayaan publik terhadap Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya tengah berada dititik terendah.

Akibatnya, restrukturisasi obligasi atau surat utang sulit dilakukan. Padahal, kata Entus, obligasi menjadi salah satu sumber pendanaan BUMN Karya.

"Kami ini ada juga sumber-sumber pendanaan dari obligasi. Dan situasi di market ini memang kepercayaan publik kepada Karya ini memang sedang rendah-rendahnya. Sehingga kami untuk minta restructure obligasi saja demikian sulitnya," kata Entus dalam rapat dengan pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta (5/3/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengatakan, kepercayaan publik terhadap sektor konstruksi BUMN berada di titik nadir. Karenanya, ia meminta bantuan DPR mendorong pemerintah memberi jaminan penerbitan obligasi.

"Kalau dari publik kelihatannya memang sudah di titik nadir ini kepercayaan ke konstruksi. Saya kira kalau memungkinkan untuk penerbitan obligasi atau apapun mungkin bisa kami mendapatkan penjaminan dari pemerintah. Supaya juga masih bisa tetap menggunakan dana dari masyarakat," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Sementara pendanaan dari perbankan, Entus juga mengaku sangat ketat. Menurutnya, utang perseroan bisa dibayarkan lewat pencairan termin, merestrukturisasi utang ke perbankan, atau obligasi.

"Ini bisa kita bayarkan dengan merubah ini. Dan kebetulan hutang obligasi maupun hutang bank ini kami turunnya juga cukup ekstrim. Dari yang sebelumnya Rp 11 triliun sekarang tinggal Rp 9 triliun konsolidasi. Jadi kira-kira hampir Rp 2,5 triliun turunnya," jelasnya.

Sementara saat ini, Adhi Karya tercatat memiliki utang sebesar Rp 25,4 triliun di tahun 2024. Namun, utang perseroan tercatat menurun sebesar 18,95% dari Rp 31,3 triliun di tahun 2023.

Entus mengatakan, penurunan utang menunjukkan aset perseroan yang terus mengalami perbaikan. Dari total utang perseroan, tercatat sebanyak Rp 9 triliun berasal dari perbankan.

"Utang ini sekarang (utang) Rp 25,4 triliun dan Rp 9 triliun itu utang bank," katanya.

Entus mengatakan, perseroan juga memiliki utang usaha sebesar Rp 10 triliun dan kewajiban lainnya seperti uang muka kontrak dan berbagai liabilitas tambahan. Dengan begitu, ia mengatakan total utang dengan mitra kerja sebesar Rp 10,5 triliun.

"Jadi totalnya kalau yang terkait dengan mitra kerja itu Rp 10,5 triliun," tutupnya.

Tonton juga Video: AQUA-Adhi Karya Terima Anugerah Kontribusi Ekonomi Kemasyarakatan

(rrd/rrd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads