Biang Kerok IHSG Anjlok hingga Perdagangan Saham Disetop Sementara

Biang Kerok IHSG Anjlok hingga Perdagangan Saham Disetop Sementara

Anisa Indraini - detikFinance
Selasa, 18 Mar 2025 12:32 WIB
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat pada penutupan perdagangan di BEI Jumat (19/11). IHSG berada pada level 6.720,26.
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Bursa Efek Indonesia (BEI) membekukan sementara perdagangan (trading halt) sistem perdagangan pada pukul 11:19:31 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS). Hal ini dipicu oleh penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai 5,02% ke 6.146.

Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus mengatakan faktor yang membuat IHSG ambruk dikarenakan masih banyaknya sentimen negatif dari luar dan dalam negeri.

"Beberapa sentimen yang menjadi perhatian tensi geopolitik yang meningkat karena Putin mau perang lebih lama, pembalasan tarif (Presiden AS Donald Trump) yang lebih besar dari Uni Eropa. Kekhawatiran akan resesi di AS yang terus mengalami kenaikan," beber Nico dalam keterangannya, Selasa (18/3/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari dalam negeri, Nico menyoroti kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di mana penerimaan pajak merosot sampai 30% dan defisit mencapai Rp 31,2 triliun dalam dua bulan pertama. Hal itu membuat pasar khawatir utang semakin melebar hingga memilih memindahkan investasinya dari Indonesia.

"Semua khawatir bahwa risiko fiskal kian mengalami peningkatan di Indonesia yang membuat banyak pelaku pasar dan investor pada akhirnya memutuskan untuk beralih kepada investasi lain yang jauh lebih aman dan memberikan kepastian imbal hasil sehingga saham menjadi tidak menarik dan mungkin obligasi menjadi pilihan setelah saham," ucapnya.

ADVERTISEMENT

Hal yang sama juga disampaikan Ekonom Universitas Paramadina Jakarta Wijayanto Samirin. Selain itu, penyebab IHSG ambruk juga disebut karena banyak kebijakan pemerintah yang tidak realistis dan tanpa teknokrasi yang jelas.

"(IHSG ambruk) akibat hasil APBN Februari yang buruk dan outlook fiskal yang berat di 2025. Kemudian akibat kebijakan pemerintah yang tidak realistis dan tanpa teknokrasi yang jelas," imbuhnya.

Banyaknya kasus mega korupsi di Indonesia juga membuat kepercayaan investor turun dan berdampak terhadap kinerja IHSG. Apalagi ditambah adanya protes besar-besaran terkait revisi UU TNI dan kekhawatiran bahwa credit rating Indonesia akan turun.

"Isu-isu baru itu membuat investor takut," pungkasnya.

Simak Video: Belum Ada Sentimen Positif Dari Dalam Negeri

(acd/acd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads