Wall Street 'Kebakaran', Catat Kinerja Terburuk Sejak 2022

Wall Street 'Kebakaran', Catat Kinerja Terburuk Sejak 2022

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Selasa, 01 Apr 2025 08:49 WIB
Pusat bisnis di New York, Wall Street terlihat kosong melompong sebagai dampak
 pandemi Covid-19, Minggu (29/3/2020).
Ilustrasi/Foto: Anadolu Agency via Getty Images/Anadolu Agency
Jakarta -

Wall Street tengah bersiap menghadapi goncangan yang lebih kuat menjelang pengumuman serangkaian kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, yang akan segera diumumkan tengah pekan ini. Hal itu membuat para pedagang gelisah dan telah menyebabkan saham AS mengalami koreksi terburuk pada kuartal pertama dalam beberapa tahun.

Wall Street diguncang volatilitas tahun ini karena usulan tarif Trump membuat investor berada dalam ketidakpastian. Indeks acuan S&P 500 turun 4,6% sepanjang tahun, awal terburuk sejak 2022 dan kuartal terburuk sejak September 2022.

Pasar saham AS ditutup bervariasi pada hari Senin karena para pedagang melakukan reli pada sore hari. Dow ditutup lebih tinggi sebesar 418 poin, atau 1%, membalikkan arah setelah dibuka lebih rendah. S&P 500 naik 0,55%, setelah merosot sebanyak 1,65% pada Senin pagi alias turun ke level terendah sejak September. Nasdaq merosot 0,14%, setelah sebelumnya sempat merosot 2,7% pada perdagangan pagi dan mencapai level terendah sejak September.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kebijakan tarif Trump yang masih penuh dengan ketidakjelasan telah membebani Wall Street. Ahli strategi pasar telah merevisi turun perkiraan mereka untuk saham AS di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang dampak tarif Trump terhadap ekonomi Paman Sam.

Analis di Goldman Sachs menurunkan target akhir tahun mereka untuk S&P 500 menjadi 5.700 dari 6.200. Hal itu terjadi setelah analis di bank tersebut awal bulan ini menurunkan target mereka menjadi 6.200 dari 6.500.

ADVERTISEMENT

Goldman Sachs mencatat, perekonomian menghadapi risiko resesi yang semakin meningkat karena tarif dapat menghambat pertumbuhan, meningkatkan pengangguran, dan berkontribusi terhadap inflasi.

Harga minyak melonjak setelah Trump mengatakan ia akan mengenakan tarif sekunder pada semua minyak yang keluar dari Rusia jika kesepakatan untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina tidak tercapai. Minyak mentah West Texas Intermediate, patokan AS, melonjak 3% pada hari Senin hingga mencapai US$ 71,46 per barel. Minyak mentah Brent, patokan global, naik 2,68% hingga mencapai US$ 74,71 per barel.

Emas melonjak ke rekor tertinggi baru. Kontrak berjangka emas yang paling aktif diperdagangkan di New York naik di atas rekor tertinggi US$ 3.150 per troy ons pada awal pekan ini. Emas dianggap sebagai tempat berlindung yang aman di tengah gejolak ekonomi dan lindung nilai terhadap inflasi. Logam kuning naik hampir 20% tahun ini.

Pasar global juga terguncang oleh tarif Trump. Di Jepang, indeks acuan Nikkei 225 anjlok lebih dari 4% pada hari Senin dan ditutup dalam wilayah koreksi, turun 10% untuk kuartal pertama. Indeks acuan Taiwan anjlok 4,2% dan ditutup turun 10% untuk kuartal ini.

Di Eropa, indeks STOXX 600 anjlok 1,5%. Indeks DAX Jerman turun 1,33%.

(eds/eds)

Hide Ads