Sementara itu menurut bank universal multinasional Inggris Barclays, AS menyumbang sekitar 25% dari PDB global dan 65% dari nilai pasar saham dunia pada awal tahun ini. Namun, dominasi ini kini menghadapi tantangan nyata.
"Selama hampir 20 tahun, AS menikmati aliran dana tak henti-hentinya ke aset keuangan dolar. Tapi kini, banyak hal telah berubah di tempat lain," tulis Ajay Rajadhyaksha, Analisis dari Barclays.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan, Eropa, misalnya, mulai mengadopsi stimulus fiskal besar-besaran. Sementara itu, China juga menunjukkan kemajuan teknologi luar biasa lewat Huawei dan perusahaan kendaraan listrik BYD, yang kini menjadi pesaing utama Tesla.
Survei Bank of America pada April menunjukkan 49% responden beranggapan ekonomi global sedang menuju pendaratan keras. Namun di satu sisi, emas telah melonjak hampir 27% tahun ini, menembus rekor tertinggi karena investor berbondong-bondong ke aset yang dianggap stabil. Kondisi ini menggantikan saham-saham teknologi besar yang selama dua tahun terakhir mendominasi.
Sementara itu, dolar AS melemah secara luas sepanjang tahun ini. Indeks dolar yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama mencatatkan pekan terburuknya sejak 2022. Euro bahkan mencapai titik tertingginya terhadap dolar dalam lebih dari tiga tahun.
(hns/hns)