IHSG Diramal Tambah Jeblok Imbas Perang Iran Vs Israel

IHSG Diramal Tambah Jeblok Imbas Perang Iran Vs Israel

Andi Hidayat - detikFinance
Senin, 23 Jun 2025 13:06 WIB
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemabli dibuka usai libur lebaran. IHSG anjlok 598,56 atau 9,19 % ke posisi 5.912,06.
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tekanan seiring meningkatnya eskalasi perang antara Israel dan Iran. Tekanan ini terlihat dari kinerja IHSG yang terus melemah sejak perang kedua negara tersebut meletus pada Jumat (13/6/2025).

Mengutip data perdagangan RTI Business, IHSG dalam sepekan terakhir rontok hingga 4,61%. Sementara hari ini, Senin (23/6/2025), IHSG kembali rontok 1,70% ke level 6.789,71 sepanjang sesi I perdagangan.

Sejalan dengan pelemahan IHSG, aksi jual bersih yang dilakukan investor asing atau net foreign sell terus membengkak. Pada Jumat (20/6/2025), net sell asing tercatat sebesar Rp 2,73 triliun dan tercatat dana investor asing yang kabur sebesar Rp 53,12 triliun sepanjang tahun 2025.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktur Riset & Investment Pilarmas Investindo sekuritas Maximilianus Nico Demus menjelaskan, campur tangan Amerika Serikat (AS) dalam perang Israel dan Iran menjadi sentimen yang menekan pasar saham hari ini. Akibatnya, para pelaku pasar dan investor cemas dan mengurangi porsi di aset-aset yang berisiko tinggi seperti saham.

"Ada yang merealisasikan keuntungannya, atau ada juga yang mulai untuk untuk realokasi aset ke obligasi atau aset keuangan lainnya," ujar Nico kepada detikcom, Senin (23/6/2025).

ADVERTISEMENT

Nico menjelaskan, ketidakpastian global akan semakin menekan pasar saham lantaran Iran berpeluang untuk melancarkan serangan balasan ke AS. Di sisi lain, perang Israel-Iran ini diperkeruh dengan potensi ditutupnya Selat Hormuz.

"Selat hormuz juga berpotensi untuk ditutup, yang akan mendorong harga energi dan minyak juga mengalami kenaikkan, sehingga memberikan tekanan yang jauh lebih besar untuk terjadinya inflasi di masa yang akan datang," ujarnya.

Pergerakan IHSG sendiri diprediksi sulit untuk tembus ke level 7.000. Nico sendiri meramal, IHSG bergerak di kisaran 6.760 hingga 6.900 akibat sentimen negatif dari perang Israel dan Iran.

"Pekan ini IHSG berpotensi untuk mengalami tekanan kembali dengan area pergerakan di kisaran 6.760 - 6.900," imbuhnya.

Dihubungi terpisah, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta Utama menyebut, sentimen domestik juga turut menekan pergerakan IHSG hari ini, khususnya data PMI Manufaktur Indonesia yang terkontraksi di bulan Mei 2025 yakni di level 47,4.

"Kita masih dalam keadaan kontraksi. Kalau misalnya sektor manufaktur tanah air yang mengalami kontraksi, ini merupakan dampak yang serius," ungkapnya.

Namun begitu, ia juga tak menampik sentimen terbesar IHSG terjadi akibat meningkatnya eskalasi konflik di Timur Tengah, khususnya karena potensi penutupan Selat Hormuz. Potensi penutupan Selat Hormuz ini, terang Nafan, mengerek harga minyak dunia naik.

"Konflik di kawasan Timur Tengah yang semakin intens ini mempengaruhi harga minyak dunia. Dan harga minyak dunia ini menjadi kebutuhan pokok," pungkasnya.

Simak juga Video: BI Menahan Suku Bunga Imbas Perang Iran

(acd/acd)

Hide Ads