Pembentukan mata uang baru sempat mencuat jadi isu penting yang dibahas oleh negara-negara BRICS. Pembentukkan mata uang khusus ini menjadi salah satu upaya dedolarisasi yang didorong oleh negara-negara BRICS.
Meski begitu, Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan dalam KTT BRICS 2025 yang digelar di Rio de Janeiro, tidak ada satupun diskusi atau pembahasan soal pembentukan mata uang baru bagi negara-negara BRICS. Airlangga sendiri hadir di KTT BRICS tahun 2025 untuk mendampingi Presiden Prabowo Subianto.
"Kita tidak membicarakan mata uang BRICS," sebut Airlangga singkat kepada awak media di sela KTT BRICS 2025, Senin (7/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usulan membentuk mata uang BRICS sendiri muncul dari Brasil yang saat ini menjadi Ketua Presidensi BRICS. Usulan itu diungkapkan pada tahun 2023 saat KTT BRICS diselenggarakan di Afrika Selatan sebagai langkah untuk mengurangi pengaruh dolar AS dalam perdagangan internasional dan kehidupan keuangan blok tersebut.
Namun, nampaknya usulan ini belum didukung penuh oleh anggota BRICS yang lainnya. Yang jelas, selama ini negara-negara BRICS sendiri sudah sepakat dan bahkan memiliki agenda pengurangan penggunaan uang dolar atau dedolarisasi.
Sementara itu, Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Mari Elka Pangestu pernah mengatakan sejauh ini Indonesia sebetulnya sudah memiliki inisiatif yang sama, mengurangi transaksi dengan dolar AS. Indonesia sudah memiliki kebijakan Local Currency Settlement (LCS) dengan beberapa negara, salah satunya dengan China. Upaya ini sudah dilakukan jauh hari sebelum Indonesia jadi anggota BRICS.
"Tapi kita sebetulnya sudah mempunyai inisiatif-inisiatif seperti itu. Seperti LCS, Local Currency Settlement, misalnya kita mau berdagang dengan Tiongkok, kita nggak usah dari rupiah ke dolar baru ke yuan. Kita sebetulnya sekarang sudah bisa dari rupiah ke yuan," beber Mari di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (7/1/2025) yang lalu.
Mari melanjutkan dengan masuknya Indonesia sebagai anggota BRICS memang ada kemungkinan bisa mempercepat kebijakan pengurangan penggunaan dolar AS. Hanya saja dalam waktu dekat ini, Mari meyakini dolar AS masih cukup dominan transaksinya di dunia.
Yang jelas, dia menilai upaya menggunakan mata uang selain dolar AS menjadi hak berbagai negara, termasuk Indonesia, ataupun negara-negara BRICS. Mari bahkan percaya, upaya keluar dari dominasi dolar AS akan menjadi tren baru di dunia keuangan internasional. Hanya saja memang saat ini dominasi dolar AS masih dinilai sangat kuat.
Simak juga Video: Putin Sambut Prabowo: Saya Yakin RI Beri Kontribusi Nyata di BRICS