Stock Watchlist

Deretan Anak Usaha BRI: Siapa Saja dan Mana yang Paling Cuan?

Andi Hidayat - detikFinance
Jumat, 11 Jul 2025 08:30 WIB
Gedung BRI/Foto: BRI
Jakarta -

Emiten pelat merah, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), tercatat sebagai perusahaan induk sejumlah raksasa di sektor keuangan. Sebut saja perbankan digital PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO), PT BRI Asuransi Indonesia (BRINS), hingga pengendali mayoritas saham PT Pegadaian.

Sejumlah perusahaan anak ini juga turut berkontribusi pada kinerja keuangan perseroan. Sepanjang kuartal I-2025, BRI membukukan laba bersih konsolidasi sebesar Rp 13,80 triliun. Sedangkan jumlah aset, hingga kuartal I-2025 tercatat sebesar Rp 2.098,23 triliun atau tumbuh 5,49% yoy.

Kinerja Keuangan Anak Usaha BRI


1. PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO)

Diketahui, Bank Raya merupakan rebranding dari PT Bank Agroniaga Tbk dengan kode saham AGRO pada perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perbankan berbasis digital ini pertama kali menjadi perusahaan Terbuka pada tahun 2003 dengan harga penawaran perdana Rp 100 per lembar saham.

Saat Bank Agroniaga melakukan rebranding menjadi Bank Raya, perseroan masih menggunakan kode saham yang sama. Adapun saat ini (6/7/2025) saham AGRO berada di harga Rp 199 per lembar saham dengan kapitalisasi pasar sebesar 4,92 triliun.

Sebagai bagian dari BRI Grup, Bank Raya mencatat pertumbuhan positif dalam kinerja keuangannya. Berdasarkan laporan keuangan perseroan, Bank Raya berhasil membukukan laba bersih Rp 16,92 miliar sepanjang kuartal I-2025, atau tumbuh 84,7% dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya.

Pertumbuhan laba ini ditopang dari peningkatan pendapatan bunga sebesar 12,6% yoy menjadi Rp 286,93 miliar dengan driver adalah pendapatan bunga kredit yang tumbuh 17,35% yoy menjadi Rp 203,98 miliar.

Bank Raya mencatatkan pertumbuhan positif untuk total aset menjadi sebesar Rp 13,35 triliun atau tumbuh 9% yoy. Pertumbuhan ini didorong total kredit sebesar 8,7% yoy atau mencapai Rp 7,34 triliun. Outstanding kredit digital Bank Raya juga tumbuh sebesar 78,5% yoy mencapai Rp 2,36 triliun.

Penyaluran kredit digital selama kuartal I-2025 yang mencapai Rp 6,3 triliun atau tumbuh 63,9% yoy dan transaksi melalui Raya App yang meningkat 57,1% yoy mencapai 1,1 juta transaksi. Rasio profitabilitas Bank Raya terus membaik, di mana NIM pada kuartal I-2025 yang meningkat 58 bps menjadi sebesar 4,87% dari sebelumnya 4,29%.

Pertumbuhan yang sama juga tercatat pada imbal hasil aset serta ekuitas juga meningkat, di mana imbal hasil aset atau Return on Asset (ROA) tumbuh 22 bps menjadi sebesar 0,52% dari 0,30%. Kemudian, imbal hasil ekuitas atau Return on Equity (ROE) meningkat 97 bps menjadi sebesar 2,11% dari 1,14%.

Rasio likuiditas perseroan juga berada pada level yang aman, yakni rasio LDR tercatat 87,78%, rasio Liquidity Coverage Ratio (LCR) tercatat 351,18%, dan rasio Net Stable Funding Ratio (NSFR) tercatat sebesar 153,44% di atas ketentuan minimum sebesar 100%.

Sementara dari sisi permodalan, Bank Raya tercatat kuat terlihat dari rasio Total CAR sebesar 41,04% dan rasio Tier 1 CAR sebesar 40,25% yang akan mendukung ekspansi pertumbuhan bisnis Perseroan kedepan. Capaian ini ditopang melalui kinerja positif sejumlah produk unggulan Bank Raya.

Produk pinjaman unggulan perseroan untuk AgenBRILink kuartal I-2025 tercatat sebanyak Rp 5,43 triliun atau tumbuh 68,6% yoy kepada kurang lebih 41,5 ribu AgenBRILink dan Agen Pegadaian atau tubuh 38,6% yoy. Outstanding Pinang Dana Talangan juga mencapai Rp 704,08 miliar atau tumbuh signifikan sebesar 66,4% yoy.

Selain itu, juga tercatat pertumbuhan pada Pinang Flexi, yang merupakan pinjaman multiguna untuk karyawan mencapai Rp 991,30 miliar atau tumbuh 163,5% yoy. Adapun outstanding produk kredit digital Bank Raya lainnya, seperti Pinang Maksima tercatat mencapai Rp 549,57 miliar atau tumbuh 136,4% yoy.

Sementara untuk risiko kredit macet atau non-performing loan (NPL) gross menjadi 3,70% dan NPL Net sebesar 1,40% sepanjang kuartal I-2025, dari periode sebelumnya dengan Rasio NPL Gross tercatat sebesar 4,28% dan NPL Nett sebesar 1,83%.

Pertumbuhan kredit diikuti dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp 8,36 triliun atau tumbuh 3,9% yoy. Pertumbuhan dana murah terus digenjot terutama dari pertumbuhan Digital Saving yang tumbuh sebesar 55,03% yoy atau mencapai Rp 1,4 triliun.

2. PT BRI Asuransi Indonesia & PT Asuransi BRI Life

Dalam ekosistem BRI Grup, perseroan juga memiliki beberapa entitas anak usaha yang bergerak di sektor asuransi. Tercatat dua anak usaha BRI yang bergerak di bidang tersebut, yakni PT BRI Asuransi Indonesia (BRINS) dan PT Asuransi BRI Life.

BRINS atau yang dikenal juga BRI Insurance, adalah perusahaan yang bergerak di sektor asuransi umum. BRI Insurance memiliki berbagai produk asuransi, seperti kebakaran, kendaraan bermotor, kecelakaan diri, dan produk asuransi lainnya.

Perusahaan asuransi berusia 36 tahun ini juga tercatat memiliki kinerja positif sepanjang tahun 2024. Capaian ini sejalan dengan kinerja perusahaan induk yang mencatatkan sejumlah pertumbuhan cemerlangnya.

Mengutip laporan keuangan BRI Insurance, perseroan berhasil membukukan premi bruto sebesar Rp 3,90 triliun sepanjang tahun 2024 atau tumbuh 18,25% dari tahun sebelumnya. Sementara laba bersih BRI Insurance mencapai Rp 702 miliar sepanjang tahun 2024 atau tumbuh 45,36%.

Sementara di kuartal I-2025, BRI Insurance membukukan premi bruto sebesar Rp 1,145 triliun, atau tumbuh 5% dari periode yang sama di tahun sebelumnya. Adapun tahun ini, BRI Insurance membidik premi bruto sebesar Rp 4,5 triliun.

Sedangkan untuk PT Asuransi BRI Life, merupakan unit usaha BRI Grup yang bergerak di bidang asuransi jiwa, kesehatan, unit link, dan asuransi karyawan. Produk BRI Life juga mencakup asuransi syariah.

Dari sisi kinerja keuangan, BRI Life membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 42,1% menjadi Rp 760,4 miliar dari Rp 535,2 miliar di tahun 2023. Pendapatan BRI Life juga tumbuh 6,6% yoy menjadi Rp 9,8 triliun dari Rp 9,2 triliun.

Adapun premi bruto BRI Life tercatat sebesar Rp 8,9 triliun atau tumbuh 14,1% sepanjang tahun 2024, dari tahun sebelumnya sebesar Rp 7,8 triliun. Total aset perseroan juga tumbuh 12,2% menjadi Rp 26,4 triliun.

3. PT BRI Multifinance Indonesia

BRI Grup juga memiliki anak usaha yang bergerak di sektor pembiayaan untuk multiguna, sewa guna usaha, investasi, dan modal kerja, yakni PT BRI Multifinance Indonesia atau BRI Finance. Sebelumnya, perusahaan ini bernama PT Sari Usaha Leasing yang dibangun BRI dan The Sanwa Bank Limited.

Kemudian pada tahun 2016, BRI dan Yayasan Kesejahteraan Pekerja Bank Rakyat Indonesia mengakuisisi mayoritas saham PT Sari Usaha Leasing dan melakukan rebranding menjadi BRI Finance.

Mengutip laporan keuangan BRI Finance, perusahaan mencatat pertumbuhan pendapatan sepanjang tahun 2024, yakni Rp 1,41 triliun dari Rp 1,23 triliun di tahun 2023. Mayoritas pendapatan BRI Finance ditopang oleh pembiayaan multiguna sebesar Rp 757,7 miliar sepanjang tahun 2024.

BRI Finance juga mencatat total beban sepanjang tahun 2024 sebesar Rp 1,27 triliun. Adapun total ekuitas perusahaan tercatat sebesar Rp 1,42 triliun dengan jumlah liabilitas liabilitas sebesar Rp 6,25 triliun,

Dengan demikian, BRI FInance membukukan laba bersih sebesar Rp 103,90 miliar sepanjang tahun 2024. Angka tersebut naik dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 101,89 miliar, Adapun total aset BRI Finance sebesar Rp 7,67 triliun.

4. PT Pegadaian

Kemudian PT Pegadaian. Kendati bukan termasuk anak usaha perseroan, BRI tercatat memiliki mayoritas saham seri B Pegadaian sebanyak 99,99998%. Kemudian saham seri A Dwiwarna dimiliki pemerintah berasal dari penyertaan modal sebanyak 0,00002%.

Sebagaimana anak usaha BRI, Pegadaian juga bergerak di bidang jasa keuangan, khususnya penyaluran kredit dengan sistem gadai. Di sisi lain, Pegadaian juga bergerak untuk tabung emas, investasi emas, dan jasa titipan.

Mengutip laporan keuangan Pegadaian, perseroan membukukan pertumbuhan laba bersih sepanjang kuartal I-2025, yakni sebesar Rp 1,73 triliun dari Rp 1,38 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya. Pegadaian juga membukukan pertumbuhan pendapatan yang signifikan di kuartal I-2025, yakni sebesar Rp 16,94 triliun dari Rp 7,21 triliun di periode yang sama tahun 2024.

Pendapatan Pegadaian ditopang penjualan emas di kuartal I-2025 mencapai Rp 10,98 triliun dari Rp 2,48 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya. Kemudian pendapatan sewa modal dan administrasi sebesar Rp 5,82 triliun sepanjang kuartal I-2025.

Sejak resmi menjadi bullion bank atau bank emas pada 26 Februari 2025, Pegadaian memiliki cadangan emas batangan sebesar 100 ton. Cadangan emas ini lebih besar dibanding milik Bank Indonesia yang tercatat sebesar 80 ton dan Bank Syariah Indonesia (BSI) sebesar 17,5 ton.

Harga Saham Diramal Naik

Senior Technical Analyst Sucor Sekuritas Reyhan Pratama mengatakan, saham BBRI berada di jalur perbaikan fundamental. Menurutnya, perbaikan konsisten ini dapat meningkatkan valuasi saham BBRI ke level Rp 5.300 per lembar saham.

"BBRI berada di jalur perbaikan fundamental. jika tren ini berlanjut di semester II/2025, maka tekanan laba bisa makin mereda dan valuasi Rp5.300 menjadi realistis untuk dicapai kembali," jelas Reyhan kepada detikcom, Selasa (8/7/2025)..

Namun, terang Reyhan, saham BBRI masih dalam tren turun dan belum menunjukkan tanda pembalikan arah. Menurutnya, dari sisi teknikal saham BBRI masih membutuhkan waktu agar harga berbalik arah.

"Untuk sementara beli bisa di area Rp 3.730 atau Rp 3.350," ungkapnya.

Sementara itu, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menjelaskan, laba bersih BRI terus mengalami pertumbuhan seiring dengan naiknya dana pihak ketiga (DPK). Menurutnya, tren pertumbuhan ini akan semakin menguatkan kinerja bisnis utama perseroan, yakni pada segmen kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Diketahui, DPK BRI mencatat pertumbuhan menjadi Rp 1.423,87 triliun. Adapun komposisi DPK perseroan hingga akhir Mei 2025 yakni, giro tumbuh 7% menjadi 387,21 triliun, tabungan naik 5,03% menjadi Rp 538,56 triliun, deposito tercatat Rp 498,09 triliun.

"Permintaan kredit di semester kedua, tren penurunan suku bunga acuan dari BI (Bank Indonesia) itu juga akan terus dilakukan. Sebenarnya BI sudah menurunkan suku bunga acuan di semester I, satu kali. Jadi wajar saja per Mei ini mengalami kinerja dari sisi laba bersih dan DPK-nya," ujar Nafan kepada detikcom, Minggu (6/7/2025).

Menurut Nafan, pergerakan harga saham BBRI masih berpotensi naik hingga Rp 4.490 per lembar. Adapun saat ini, harga sama BBRI berada di level Rp 3.670 per lembar.

Namun, ia menilai angka tersebut masih bisa terus tumbuh jika BRI mampu meningkatkan pertumbuhan kreditnya dua digit di semester II tahun ini. Menurutnya, meningkatkan rasio kredit perlu perjuangan yang luar biasa.

Pasalnya, permintaan kredit di sektor UMKM diprediksi menurun lantaran kebijakan pemutihan. "Tapi paling tidak, di tengah valuasi yang menarik ini, dari BBRI secara technical rata-rata di bawah medium, ini semestinya investor akan mencermati, investor asing juga akan terus meningkatkan kepemilikan sahamnya," jelasnya.

Rekomendasi Saham BBRI

Mirae Asset Sekuritas Indonesia (4/7)

Investor direkomendasikan untuk Accumulative Buy Saham BBRI dengan target price (TP) atau rentang harga Rp 4.490.

PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk (5/7)

Investor direkomendasikan Buy saham BBRI di TP Rp 4.800.

Sucor Sekuritas (8/7)

Investor direkomendasikan Buy saham BBRI di TP 5300. Namun untuk saat ini, investor dapat membeli saham BBRI di area Rp 3.730 atau Rp 3.350

Bina Artha Sekuritas (8/7)

Investor direkomendasikan untuk Hold/Buy on Weakness saham BBRI pada TP atau rentang harga Rp 3.960, Rp 4.100, Rp 4.230 dan Rp 4.370. Kemudian disarankan membeli di rentang harga Rp 3.520-3.630.

Lihat juga Video 'BRI Diduga Jadi Korban Ransomware: Kami Pastikan Data Nasabah Aman':




(ara/ara)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork