Unwind Carry Trade Hantam Rupiah
Senin, 06 Agu 2007 17:35 WIB
Jakarta - Pasar global yang sedang tidak bersahabat gara-gara krisis kredit macet sektor perumahan di Amerika Serikat berimbas kepada nilai tukar rupiah yang menjadi loyo.Pada penutupan perdagangan valas pukul 17.30 WIB, Senin (6/8/2007) rupiah turun 22 poin ke posisi 9.290 per dolar AS. Rupiah hari ini malah sempat anjlok hingga 9.360 per dolar AS. Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Aslim Tadjuddin menjelaskan pergerakan rupiah selain disebabkan oleh kasus di AS juga disebabkan oleh unwind atau pembalikan dari carry trade. Carry trade merupakan perilaku investor yang meminjam dalam mata uang yang memberi return lebih kecil seperti yen Jepang, dan menanamkannya ke dalam mata uang yang suku bunganya tinggi seperti rupiah, peso dan ringgit.Namun seiring adanya gejolak di pasar global, menyebabkan investor mulai menarik dananya tersebut termasuk dari Indonesia."Sekarang rupiah sudah mulai menguat, pergerakan rupiah itu semata-mata disebabkan oleh faktor global yang masih ada kehawatiran terhadap subprime mortgage di AS itu, indeks saham di regional sama global juga menurun, ada juga mungkin terjadi unwind posisi carry trade," ujarnya ketika dihubungi detikFinance, Senin (6/8/2007).BI yakin kalau kekhawatiran investor sudah berbalik, maka rupiah akan kembali menguat. "Saya pikir dalam waktu cepat lah, faktor dalam negeri kan cukup bagus kita punya stabilitas, faktor fundamental ekonomi juga cukup terjaga," ujarnya.Neraca pembayaran pun mengalami surplus yang besar, dengan devisa sebesar US$ 52 miliar. "Itu saja merupakan faktor kuat yang menopang penguatan rupiah, pelemahan rupiah hanya dinamika di valas sesuai mekanisme permintaan dan penawaran, pasar valas kita kan floating yang fleksibel. BI mempunyai komitmen untuk menjaga volatilitas jangan terlalu besar," ujarnyaMengenai Rapat Dewan Gubernur BI yang akan membahas mengenai suku bunga BI Rate, Aslim mengatakan BI mengevaluasi semua faktor baik domestik maupun regional dalam pengambilan keputusan."Biasanya kebijakan moneter lebih mementingkan faktor domestik, faktor luar itu menjadi pertimbangan," ujarnya...
(ddn/ir)