Tekad PLN Hindari 1,8 Miliar Ton Emisi Karbon dalam 25 Tahun

ADVERTISEMENT

KTT G20

Tekad PLN Hindari 1,8 Miliar Ton Emisi Karbon dalam 25 Tahun

detikTV, dtv - detikFinance
Selasa, 15 Nov 2022 18:29 WIB
Jakarta -

Sebagai reaksi atas terjadinya perubahan iklim akibat efek gas rumah kaca, PLN bereaksi dengan melakukan transisi penggunaan sumber energi listrik. Komitmen ini didasari oleh semangat PLN dalam ikut andil dalam menurunkan kadar emisi gas rumah kaca di dunia. Tekad ini disampaikan langsung oleh Dirut PLN Darmawan Prasodjo di sela-sela acara Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali, Senin (14/11).

Dalam wawancara khusus tersebut, Darmawan menyebutkan bahwa perubahan iklim yang terjadi tidak lepas dari kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat saat ini. Oleh sebab itu, ia menuturkan bahwa perlu adanya tindakan agar generasi masa depan bisa lebih baik daripada sebelumnya.

"Bumi memanas. Pertanyaannya kenapa bumi memanas? Karena konsentrasi gas rumah kaca semakin meningkat, " ungkapnya.

Lebih lanjut, Darmawan mengatakan bahwa sejak tahun lalu PLN sudah Menyusun National Electricity Planning. Dalam rangkaian rencana peta jalan itu, pihaknya telah berhasil mengurangi 13 gigawatt energi listrik yang diperoleh dari pembangkit listrik batu bara. Dengan demikian, PLN dapat menghitung penurunan emisi dalam jangka waktu 25 tahun kedepan.

"Kita bisa bisa menghindari CO2 Emission sebesar 1,8 miliar ton sepanjang 25 tahun," kata Darmawan.

Berkurangnya asupan sumber daya listrik itu, kata Darmawan, akan digantikan dengan sumber energi baru terbarukan. Sehingga, Indonesia di masa mendatang tidak akan kekurangan pasokan listrik. Tindakan ini sejalan dengan kesepakatan negara-negara peserta KTT G20 yang mengharapkan transisi energi bisa segera dilaksanakan.

Darmawan meyakini bahwa transisi energi di Indonesia pun bisa dimulai dan digawangi oleh PLN. Sebab, menurutnya inovasi teknologi manusia saat ini memungkinkan PLN untuk memperoleh listrik dari energi baru terbarukan dengan harga yang lebih terjangkau. Darmawan menyebutkan bahwa di masa mendatang, penggunaan energi bayu serta surya pun niscaya dilakukan.

"Dulu, kalau mau ada energi murah itu kotor. Ini menjadi tantangan. Ini contoh pada 2015, listrik dari batu bara seharga 5 sen (USD) per kWh. kita lelang energi surya 27 sen (USD) per kWh. Jadi kalau mau energi bersih saat itu ya mahal," tutur Darmawan.

Namun, ia menambahkan bahwa seiring dengan perkembangan teknologi, harga listrik yang dari energi bersih yang mula-mula mahal kini berangsur turun. Darmawan menyebutkan bahwa pada 2017, harga energi surya pun turun menjadi 10 sen.

"Ini balik lagi, 2017 kita lelang solar panel, (harganya) 10 sen. Barusan kita lelang, 4 sen," pungkasnya.

(alj/alj)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT