Ini Sederet Dampak Transisi Ekonomi Hijau ke RI

Ini Sederet Dampak Transisi Ekonomi Hijau ke RI

Retno Ayuningrum - detikFinance
Kamis, 18 Jul 2024 09:04 WIB
Kawasan Ekonomi Hijau
Ilustrasi ekonomi hijau - Foto: Kawasan Ekonomi Hijau (M Fakhry Arrizal/detikcom)
Jakarta - Pemerintah memiliki target Net Zero Emissions (NZE) pada 2060. Dalam mencapai target tersebut, pemerintah perlu didukung dengan penerapan konsep ekonomi hijau atau green economy.

Penerapan ekonomi hijau tidak hanya berdampak pada lingkungan, tapi juga memberikan dampak ke ekonomi nasional. Dalam temuan studi Center of Economics and Law Studies (CELIOS) dan Greenpeace Indonesia memperkirakan transisi ekonomi hijau dapat memberikan dampak hingga Rp 4.376 triliun ke output ekonomi nasional.

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan transisi ini juga memberikan tambahan produk domestik bruto (PDB) sebesar Rp 2.943 triliun dalam 10 tahun ke depan. Selain itu, peralihan ini juga turut meningkatkan lapangan kerja dan pendapatan kerja. Peralihan ke ekonomi hijau diperkirakan dapat menyerap tenaga kerja hingga 19,4 juta orang selama 10 tahun pelaksanaan program tersebut.

"Manfaat Eko hijau secara detail tentunya bisa mendorong lapangan kerja lebih besar bahkan hasil hitungan CELIOS, ekonomi hijau mampu memberikan pertumbuhan eko lebih besar dibandingkan konvensional," kata Bhima kepada detikcom, ditulis Kamis (18/7/2024).

Lapangan kerja tersebut muncul dari beberapa sektor yang berhubungan dengan energi baru terbarukan, seperti pertanian, perikanan, kehutanan, dan industri ramah lingkungan lainnya. Sementara untuk pendapatan pekerja dapat terdorong sebesar Rp 902,2 triliun.

Selain itu, ekonomi hijau juga dapat mengurangi ketimpangan sosial dan ekonomi. Penggunaan energi bersih dalam rangka mengurangi ketimpangan sosial ekonomi di masyarakat dapat disaksikan di Pulau Papagarang dan Pulau Messa, gugus Kepulauan Labuan Bajo-NTT.

Pemasangan PLTS off grid sejak 2019 memberikan manfaat kepada warga pada akses listrik yang digunakan untuk kegiatan ekonomi hingga kegiatan pendidikan. Hal ini menjadi ruang bagi warga di dua pulau tersebut dalam mengentaskan ketimpangan ekonomi dan ketimpangan pendidikan yang sumbernya adalah ketimpangan energi atau elektrifikasi.

"Ekonomi hijau terbukti di banyak desa mampu mengangkat kemiskinan lebih baik dan menyediakan pemanfaatan fasilitas yang lebih baik bahkan desa-desa yang basisnya pertambangan," jelasnya. (kil/kil)